Kejar Peluang Tingkatkan Daya Saing dan Ekspor Produk Furnitur Indonesia
Industri furnitur masih menjadi salah satu andalan dalam mendukung perekonomian nasional.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri furnitur masih menjadi salah satu andalan dalam mendukung perekonomian nasional.
Industri ini mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar dan dari tahun ke tahun pertumbuhannya berjalan dengan baik.
Data Kementerian Perindustrian memperlihatkan kinerja ekspor industri furnitur terus membaik.
Tahun lalu nilai ekspor industri furnitur nasional mencapai US$1,69 miliar. Secara rata-rata, industri furnitur Indonesia mengalami peningkatan sebesar 4 persen per tahun.
Industri furnitur nasional diperkirakan masih akan bertumbuh mengingat Indonesia memiliki berbagai keunggulan misalnya dalam hal ketersediaan bahan baku dan sumber daya manusia.
Potensi lahan hutan di Indonesia saat ini mencapai sekitar 120 juta hektar, dimana 12 juta diantaranya merupakan hutan produksi.
Indonesia juga dikenal sebagai negara penghasil rotan terbesar di dunia dengan 312 jenis rotan yang bisa dimanfaatkan oleh industri.
Untuk merealisasikan pertumbuhan, industri furnitur dituntut untuk selalu melakukan inovasi dalam hal desain, teknologi, pemasaran, pengepakan hingga ke pelayanan purna jual demi memastikan kepuasan pelanggan.
Di kawasan Asia, kinerja ekspor Indonesia masih jauh di bawah Vietnam yang saat ini berada di posisi ke-7. Ekspor furnitur dunia masih didominasi oleh China, diikuti Jerman, Italia, Polandia, dan Amerika Serikat.
“Industri furnitur kita masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan agar mampu bersaing dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam. Indonesia sebenarnya memiliki banyak keunggulan tetapi kita masih belum memaksimalkan potensi industri furnitur. Kami dari asosiasi selalu optimis bahwa industri furnitur nasional bisa terus bertumbuh dan menunjukkan kinerja yang terus membaik dari tahun ke tahun,” jelas Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Soenoto.
Ia menyatakan pertumbuhan industri furnitur nasional saat ini berkisar 5%-6% per tahun, sementara Vietnam bisa mencapai 16% per tahun.
Untuk mengejar defisit 10% diperlukan upaya serius dari seluruh pihak baik dari pemerintahan maupun para pelaku industri.
Soenoto menyatakan para pelaku industri juga bisa menjalin kerjasama dengan negara lain untuk meningkatkan daya saing produk furnitur Indonesia, misalnya dengan China.
Sejalan dengan hal ini, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) diberitakan menawarkan peluang investasi industri furnitur kepada para pengusaha asal Guangdong dan Shandong. Ratusan pengusaha dari kedua provinsi di atas disebut tertarik untuk berinvestasi di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Tengah.
Menurut Soenoto, investor asal China bisa membantu meningkatkan industri furnitur nasional, khususnya di sektor finishing.
“Bermitra dengan China bisa menjadi salah satu jalan untuk memajukan industri furnitur kita. Namun kita tetap harus menjadi pemain inti dari sektor hulu. Kemitraan dengan para investor China bisa membuka peluang untuk menjalin kerjasama dengan jaringan bisnis global mereka,” tutur Soenoto.
Raih Peluang Tingkatkan Ekspor
Sebagai organisasi yang menaungi para pemain industri furnitur di Indonesia, HIMKI terus mempromosikan kemajuan industri furnitur Indonesia melalui berbagai kegiatan.
Salah satu agenda tahunan yang sukses memperkenalkan keunggulan produk furnitur dan kerajinan Indonesia ke kancah dunia adalah Indonesia International Furniture Expo (IFEX).
Pada Maret 2020 mendatang, HIMKI kembali akan menggelar pameran furnitur dan kerajinan terbesar di Indonesia dan kawasan regional ini.
Selama ini IFEX telah berhasil membuka jalan bagi pertumbuhan industri furnitur nasional. Hadirnya ribuan buyers dan pengunjung dari dalam dan luar negeri memberikan kesempatan emas bagi para pemain industri furnitur nasional untuk menunjukkan produk terbaik mereka.
Tahun lalu, gelaran IFEX 2019 berhasil menarik sekitar 12 ribu pengunjung dan meraih transaksi on-the-spot sekitar US$370 juta.
“IFEX sudah menjadi nama yang menjadi tujuan utama para pelaku industri furnitur dunia yang ingin mencari produk berkualitas maupun partner bisnis di Indonesia. Kehadiran para buyers dan visitors luar negeri menjadi bagian penting dari suksesnya IFEX serta upaya-upaya untuk meningkatkan nilai ekspor kita ke pasar global,” kata Soenoto.
Selain untuk menunjukkan kemajuan industri furnitur Indonesia, salah satu target dari IFEX 2020 adalah untuk mengambil ceruk pasar yang ditinggalkan China di pasar Amerika Serikat terkait perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China.
Selain Eropa, Amerika Serikat masih menjadi salah satu tujuan ekspor utama produk furnitur Indonesia. Menurut Soenoto, Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengincar pasar Amerika.
Untuk itu, para pelaku industri furnitur perlu memikirkan strategi yang tepat untuk memenangkan pasar yang sebelumnya dikuasai produk-produk China di Amerika.