Gawat, Industri Manufaktur Indonesia Makin Melambat, 2019 Hanya Tumbuh 3,8 Persen
Perlambatan industri manufaktur ini dipicu 2 faktor utama. Yakni, rendahnya kualitas investasi dan minimnya investasi baru di sektor manufaktur.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memperingatkan kepada Pedmerintah agar menaruh perhatian serius pada sektor industri manufaktur.
Ini karena industri manufaktur di sepanjang 2019 lalu tumbuh makin melambat.
Dalam paparan data terbarunya, INDEF menyatakan, laju sektor industri manufaktur makin melambat karena pada 2019 hanya tumbuh 3,8 persen jika dibandingkan tahun 2018 yang masih tumbuh 4,27 persen (year on year/yoy).
Center of Industry, Trade, and Investment INDEF Andry Satrio Nugroho mengatakan, perlambatan industri manufaktur ini dipicu oleh dua faktor utama.
Baca: BREAKING NEWS: Menkeu Era Orde Baru JB Sumarlin Meninggal Dunia
Yakni, rendahnya kualitas investasi dan minimnya investasi baru di sektor manufaktur.
Kedua, lanjutnya, tidak tepat sasarannya insentif yang diberikan pemerintah terhadap industri, sehingga investor enggan berinvestasi di sektor manufaktur.
Baca: Anies Baswedan Kantongi Restu Istana Lanjutkan Revitalisasi Monas, Mensesneg Minta Ini. . .
"Ini dapat dilihat dari realisasi investasi yang kini didominasi oleh sektor tersier yakni jasa ketimbang sektor sekunder yakni manufaktur atau primer yakni pertanian," ujarnya di Jakarta, Kamis (6/2/2020).
Bergeser ke Sektor Jasa
Dia juga mengingatkan, bahwa ekonomi Indonesia sudah mengarah sektor jasa. Bahkan pertumbuhan sektor jasa lebih tinggi ketimbang sektor industri yaitu 10,25 persen.
"Bahkan sektor non perdagangan lebih tinggi dari perdagangan yang makin menurun. Ahirnya, perekonomian kita ditopang sektor jasa," kata Andry.
Ia menambahkan, pertumbuhan ini jadi pertanyaan, mau kemana arah pembangunan ekonomi Indonesia kedepannya.
"Mungkin 10 hingga 15 tahun kedepan murni ditopang sektor jasa. Sektor manufaktur tumbuhnya melambat, kontribusi terhadap PDB menurun dibawah 20 persen, terjadi deindustrialisasi," pungkas Andry.