Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Lion Air Group Masih Operasikan Penerbangan Umrah Meski Penghentian Telah Diputuskan Arab Saudi

“Lion Air akan berkoordinasi dengan otoritas penerbangan setempat di Arab Saudi (kota tujuan) serta terus mengumpulkan data dan berbagai keterangan.”

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Lion Air Group Masih Operasikan Penerbangan Umrah Meski Penghentian Telah Diputuskan Arab Saudi
BOEING/Paul C Gordon
Pesawat Lion Air B737 MAX 8 PK-LQP di pabrik Boeing di Seattle, (13/8/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lion Air Group menyampaikan pihaknya masih mengoperasikan layanan penerbangan umrah atau belum mengalami pembatalan meski pemerintah Arab Saudi memberlakukan penghentian kegiatan umrah sementara.

Itu disampaikan Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro dalam pernyataan persnya, Kamis (27/2/2020).

“Lion Air akan berkoordinasi dengan otoritas penerbangan setempat di Arab Saudi (kota tujuan) serta terus mengumpulkan data dan berbagai keterangan,” kata Danang.

Operasional Lion Air di Arab Saudi meliputi Madinah - Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdulaziz (MED) dan Jeddah - Bandar Udara Internasional King Abdulaziz (JED).

Lion Air akan menyampaikan pemberitahuan kepada para tamu jamaah dan mitra sesuai perkembangan lebih lanjut.

Per harinya, Lion Air mengoperasikan penerbangan rata-rata 4-5 kali dari Indonesia, dengan kota asal melalui bandar udara sebagai berikut:

1. Banda Aceh - Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, Aceh (BTJ).

Berita Rekomendasi

2. Medan - Bandar Udara Internasional Kualanamu di Deli Serdang, Sumatera Utara (KNO).

3. Pekanbaru - Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Riau (PKU).

4. Batam - Bandar Udara Internasional Hang Nadim, Batu Besar, Kepulauan Riau (BTH).

5. Palembang - Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II, Talang Betutu, Sukarami, Sumatera Selatan (PLM).

6. Jakarta - Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten (CGK).

7. Solo - Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo, Jawa Tengah (SOC).

8. Surabaya - Bandar Udara Internasional Juanda di Sidoarjo, Jawa Timur (SUB).

9. Banjarmasin - Bandar Udara Internasional Syamsuddin Noor di Banjarbaru, Kalimantan Selatan (BDJ).

10. Balikpapan - Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Kalimantan Timur (BPN).

11. Makassar - Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin di Maros, Sulawesi Selatan (UPG).

12. Mataram - Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Majid, Lombok Praya, Nusa Tenggara Barat (LOP).

Seperti diketahui, pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk menghentikan sementara waktu kegiatan umrah, sebagai langkah pencegahan penyebaran virus corona atau covid-19 di negara itu.

Arab Saudi juga mengeluarkan larangan untuk mendatangi Masjid Nabawi.

Penangguhkan masuk bagi jemaah umrah juga berlaku bagi jamaah Indonesia dan 21 negara lainnya.

Pemerintah masih terus komunikasi dengan Arab Saudi

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan pemerintah bakal mengusahakan untuk berkomunikasi langsung dengan pemerintah Arab Saudi terkait penghentian sementara kegiatan umrah.

Larangan ini diberlakukan sebagai langkah pencegahan penyebaran virus corona atau COVID-19.

Baca: Dubes RI untuk Arab Saudi: Kami Upayakan Jamaah Indonesia Tetap Bisa Umrah

"Kami terus mengusahakan dan berbicara langsung dengan pemerintah Arab Saudi," ujar Muhadjir Effendy di Kantor Kemenko PMK, Jln Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (27/2/2020).

Meski begitu, Muhadjir mengatakan kebijakan tersebut merupakan hak dari pemerintah Arab Saudi.

Dia memastikan pemerintah terus berusaha agar warga negara Indonesia dapat menunaikan ibadah umrah.

"Tapi juga mohon dipahami itu hak mutlak pemerintah Arab Saudi. Tapi nanti seandainya kita usahakan gak berhasil, jangan ada pikiran pemerintah itu enggak sungguh-sungguh atau pemerintah Arab Saudi yang dianggap keras. Bukan, ini untuk keselamatan bersama," tutur Muhadjir.

Seperti diketahui, Pemerintah Arab Saudi pada Rabu waktu setempat mengumumkan, penghentian sementara waktu jemaah umrah untuk masuk ke Arab Saudi.

Ada 22 negara termasuk Indonesia, yang jamaahnya ditangguhkan masuk.

Dilansir dari kantor berita SPA, Kamis (27/2/2020), atas rekomendasi Kementerian Kesehatan, kegiatan umrah dihentikan sementara waktu bagi jamaah yang berasal dari negara China, Iran, Italia, Korea, Jepang, Thailand, Malaysia, Indonesia, Pakistan, Afghanistan, Irak, Filipina, Singapura, India.

Kemudian Lebanon, Suriah, Yaman, Azerbaijan, Kazakhstan, Uzbekistan, Somalia, Vietnam atau negara lain yang akan menunjukkan lebih banyak kasus korona meningkat.

Baca: Komisi VIII DPR Harap Calon Jemaah Umrah Memahami Keputusan Arab Saudi

Selain itu, Arab Saudi juga menghentikan masuknya warganegara ke Kerajaan Arab Saudi dengan menggunakan visa wisata, yang datang dari negara-negara yang terkena wabah virus Corona baru (COVID-19), merujuk kepada kriteria yang ditetapkan oleh lembaga kesehatan terkait Pemerintah Kerajaan.

Lebih jauh, aturan tersebut bersifat sementara dan masih terus dievaluasi oleh pemerintah Arab Saudi, dengan melihat perkembangan yang ada.

DPR harap jemaah mengerti

Calon jamaah umrah asal Indonesia diharapkan dapat memahami keputusan pemerintah Arab Saudi yang mengeluarkan keputusan menghentikan sementara perjalanan umrah.

"Tentunya untuk calon jemaah umrah Indonesia, hal Ini menimbulkan kekecewaan. Namun, diharapkan dapat memahami situasi yang terjadi," ujar Anggota Komisi VIII DPR Diah Pitaloka kepad wartawan, Jakarta, Kamis (27/2/2020).

Baca: Kemenag Minta Jemaah Bersabar, Tunggu Pemerintah Saudi Buka Lagi Izin Umrah

Menurutnya, keputusan tersebut tentunya sudah dikaji secara matang pemerintah Arab Saudi, berdasarkan kondisi penyebaran virus corona yang juga sudah mencapai negara negara Arab.

"Hal Ini tidak saja melindungi warga negara Saudi tapi juga warga negara lain yang juga menjalankan ibadah umrah," ucapnya.

Seperti diketahui, pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk menghentikan sementara waktu kegiatan umrah, sebagai langkah pencegahan penyebaran virus corona atau covid-19 di negara itu.

Baca: BP2MI : Belum Ada Pekerja Migran Indonesia di Korea Selatan yang Terinfeksi Virus Corona

Arab Saudi juga mengeluarkan larangan untuk mendatangi Masjid Nabawi.

Penangguhkan masuk bagi jemaah umrah juga berlaku bagi jamaah Indonesia dan 21 negara lainnya.

Jokowi hormati keputusan Arab Saudi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghormati kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang meminta seluruh agen umrah di dalam dan luar negeri negaranya membatalkan pemesanan dan keberangkatan jemaah umrah ke Arab Saudi.

Pemerintah juga menghormati keputusan Arab Saudi yang mementingkan tingkat kesehatan.

Sebab, dikhawatir penyebaran virus corona (Covid-19) semakin meluas termasuk ke negara Arab Saudi.

Lebih lanjut, Presiden belum berkomunikasi langsung dengan Menteri Agama terkait hal tersebut.

Baca: Umroh Disetop untuk Sementara, Komisi VIII DPR Tunggu Penjelasan Resmi Otoritas Kerajaan Arab Saudi

Pasalnya, Jokowi baru mendapat informasi mengenai kebijakan pemerintah Arab Saudi tersebut.

"Belum, saya baru mendapatkan informasi kemarin. Saya kira ini kan tidak hanya untuk indonesia, tapi untuk semua negara karena mereka ingin memproteksi, melindungi warga negaranya dari virus corona. Kami sangat menghargai itu," jelasnya.

Diketahui, Pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk menghentikan sementara waktu kegiatan umrah, sebagai langkah pencegahan penyebaran virus corona atau covid-19 di negara itu.

Arab Saudi juga mengeluarkan larangan untuk mendatangi Masjid Nabawi.

Penangguhan masuk bagi jemaah umrah juga berlaku bagi jamaah Indonesia dan 21 negara lainnya.

Dilansir dari SPA, Kamis (27/2/2020), atas rekomendasi Kementerian Kesehatan, kegiatan umrah dihentikan sementara waktu bagi jamaah yang berasal dari negara China, Iran, Italia, Korea, Jepang, Thailand, Malaysia, Indonesia, Pakistan, Afghanistan, Irak, Filipina, Singapura, India.

Kemudian Lebanon, Suriah, Yaman, Azerbaijan, Kazakhstan, Uzbekistan, Somalia, Vietnam atau negara lain yang akan menunjukkan lebih banyak kasus korona meningkat.

Pemerintah Saudi akan terus melakukan evaluasi atas aturan penangguhan itu.

Dilaporkan sampai saat ini, 80.000 orang di seluruh dunia dinyatakan positif dan merenggut nyawa lebih dari 2.700 orang yang sebagian besar ada di China. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas