Politisi Hanura Ragu RI Bisa Manfaatkan Tren Anjloknya Harga Minyak Dunia Karena Corona
Harga minyak dunia terus jatuh dari level 45,48 dolar AS per barel akhir pekan lalu hingga awal pekan ini
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persediaan minyak di pasar global melonjak yang dipicu wabah virus corona telah menyebabkan penurunan konsumsi atau permintaan.
Akibatnya, harga minyak dunia terus jatuh dari level 45,48 dolar AS per barel akhir pekan lalu hingga awal pekan ini menyentuh 30 dolar AS per barel.
Ketua DPP Partai Hanura Inas N Zubir sebelumnya memperkirakan apabila wabah virus corona berlarut-larut harga minyak jatuh ke level 30 dolar AS per barel.
Namun, sebagai negara pengimpor minyak terbesar nomor 3 di Asia Tenggara, apakah Indonesia mampu memanfaatkan situasi hingga menjadi peluang untuk mendorong ketahanan energi nasional?
"Menghadapi merosotnya harga minyak dunia, apakah Indonesia sebagai negara net importir mampu memanfaatkan peluang merosotnya harga minyak dunia? Berdasarkan fakta, Indonesia adalah pengimpor minyak mentah terbesar nomor 3 di Asia Tenggara," kata Inas melalui keterangan tertulis di Jakarta Senin (9/3/2020).
Baca: Dihantui Corona: Gereja-gereja di AS Berlakukan Larangan Pelukan dan Jabat Tangan
Namun, Inas meragukan kemampuan Pemerintah Indonesia dalam memanfaatkan situasi anjloknya harga minyak tersebut.
Karena, jika berkaca pada tahun 2015, kala itu Indonesia tidak mampu memanfaatkan situasi meskipun harga minyak dunia sudah jatuh ke level 36 dolar AS per barel.
Baca: PO Pandawa 87 Kini Miliki Bus Mewah Berchassis Volvo B11R Garapan Karoseri Adi Putro
"Tidak adanya kebijakan pemerintah Indonesia dalam menyikapi turunnya harga minyak dunia pada 2015 lalu, bisa jadi disebabkan lemahnya infrastruktur migas di Indonesia," kata Inas.
Baca: KBRI : 1.239 WNI Yang Tinggal di wilayah Lock Down Italia Negatif Virus Corona
Inas menjelaskan, cadangan minyak Indonesia yang masih mengandalkan cadangan minyak dalam perut bumi yang proven sebesar 3,1 milar barel.
"Jumlah itu akan habis dalam kurun waktu 10 tahun, tapi sama sekali tidak memiliki cadangan strategis atau Strategic Petroleum Reserve (SPR)," tuturnya.
Kendati demikian, Inas berharap agar pemerintah punya kesadaran dan segera mengambil langkah yang diperlukan untuk mendorong ketahanan enegi nasional ditengah wabah virus corona.
Dalam situasi global yang tidak menentu saat ini, bukan tidak mungkin persediaan minyak menjadi langka dan Indonesia terancam krisis bahan bakar minyak (BBM).
"Pemerintah Indonesia hanya melulu tentang penanggulangan virus corona saja, tapi tidak menyadari ekses lain dari corona. Satu diantaranya adalah BBM maka bisa dipastikan akan terjadi kelangkaan BBM di Indonesia," kata dia.