Ekonom: Harga Bahan Pokok Diprediksi Stabil pada Ramadan Tahun Ini
kelompok masyarakat bawah yang menjadi korban PHK atau pekerja sektor informal yang kehilangan pendapatan di tengah wabah covid
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Langkah pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan melakukan kebijakan pengendalian harga seperti memotong rantai distribusi, membuat harga beras terjangkau, tidak menaikkan harga eceran tertinggi (HET) bagi konsumen akhir tetapi dengan menaikkan harga pembelian pemerintah di tingkat petani, dinilai akan menjaga harga bahan pokok menjelang ramadan dan idul fitri stabil.
Ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, menjelaskan, pada Ramadan dan Lebaran tahun ini sangat berbeda dengan biasanya seiring dengan kebijakan pembatasan sosial skala besar (PSBB) dan juga imbauan tidak mudik sehingga tidak akan ada lonjakan permintaan Apalagi dari sisi daya saat ini cenderung melemah akibat wabah covid-19.
Baca: Saat Ini Tercatat Ada 181.770 ODP dan 16.343 PDP di Indonesia
Baca: Cara Daftar Kartu Pra Kerja Gelombang II yang Telah Dibuka Mulai Senin 20 April 2020
Baca: Ditutup Menguat, Rupiah ke Level Rp 15.412 Per Dollar AS
Menurut Piter, kelompok masyarakat bawah yang menjadi korban PHK atau pekerja sektor informal yang kehilangan pendapatan di tengah wabah covid-19 adalah pendorong utama peningkatan konsumsi di saat Ramadan dan Lebaran.
Dengan wabah covid-19 kelompok ini tidak punya daya beli untuk memacu pertumbuhan konsumsi. Apalagi mereka juga diimbau tidak mudik. Dengan demikian bisa diyakini tidak akan terjadi lonjakan permintaan.
“Disisi lain pemerintah juga sudah berkomitmen menjaga pasokan supply selama wabah dan terutama lagi menyambut ramadhan Dan lebaran. Keran impor untuk produk pangan dibuka,” ujar Piter dalam keterangannya, Senin (20/4).
Piter optimistis, didorong kebijakan pemerintah juga sinergi dengan kalangan industri, maka berbagai kebutuhan masyarakat akan mampu dipenuhi. Ia juga yakin, pada masa Ramadan, beras dan gula tidak akan langka, pasokan cukup, permintaan tidak mengalami lonjakan.
“Harga akan cukup stabil. Demikian juga produk-produk hasil pertanian lokal. Dengan pemanfaatan jaringan online, rantai distribusi justru relatif terpangkas dan mendorong harga Lebih rendah,” ucap Piter.
Di sisi lain, yang paling dikhawatirkan terganggu pasokannya adalah daging karena produksi dalam negeri tidak mencukupi sementara impor tidak mudah dilakukan di tengah kondisi negara-negara asal impor masih melakukan lockdown.
Namun dirinya optimistis, pemerintah akan tetap mampu memenuhi kebutuhan daging menjelang ramadan dengan harga terjangkau.
“Semua faktor terkait supply dan demand barang-barang pangan terutama menjelang ramadan dan lebaran ini saya kira sangat dipahami oleh pemerintah. Tidak perlu ada kekhawatiran akan terjadi lonjakan inflasi,” tegasnya.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto memastikan, pemerintah terus menjaga pasokan, sekaligus menstabilkan harga bahan pokok. Misal, untuk memenuhi stok bawang diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44 Tahun 2019 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura.
Melalui beleid izin impor komoditas bawang putih dan bawang bombai dipermudah. Kemendag juga bekerja sama dengan Satgas Pangan juga dinas-dinas terkait di seluruh kota Indonesia untuk memastikan pasokan maupun stabilisasi harga.
Agus memastikan, stok beras secara nasional menjelang Puasa Ramadan dan Idul Fitri 2020 dipastikan aman dan tidak mempengaruhi inflasi nasional. Stok beras nasional untuk menghadapi puasa dan Lebaran saat ini tersedia sebanyak 3,38 juta ton.
Beras di Perum Bulog tersedia stoknya sebesar 1,42 juta ton, stok di penggilingan 1,2 juta ton, stok di pedagang 728 ribu ton, stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sebesar 28.431 ton, dan stok di Lumbung Pangan Masyarakat binaan BKP sebesar 2.939 ton.