Indonesia Impor Ratusan Ribu Ton Gula Kristal Putih Atasi Kelangkaan
Eko menjelaskan sudah memetakan empat negara mitra yang dimungkinkan bisa mengimpor GKP di antaranya India
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM - Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Eko Taufik Wibowo mengatakan pihaknya akan mengimpor gula kristal putih (GKP) untuk mengatasi kelangkaan di Indonesia.
Hal itu disampaikan saat RDP dengan Komisi VI DPR RI secara virtual, Senin (20/4/2020).
"Impor gula kristal putih kuota RNI 50 ribu ton dan kuota PPI (Perusahaan Perdagangan Indonesia) 50 ribu ton," kata Eko.
Menurutnya, impor gula kristal putih baru dapat dilaksanakan lantaran SPI (Surat Perizinan Impor) dari Kementerian Perdagangan yang baru dikeluarkan pada 7 April 2020.
"Jadi proses lelang ini minggu kedua sampai ketiga. Proses impor baru dilaksanakan April minggu keempat dan proses distribusi Mei minggu pertama kami sudah kerjasama dengan stakeholder termasuk Kemenko UKM untuk sampai ke warung-warung tradisional," tambahnya.
Baca: Melly Goeslaw: Tiada Lebih Indah Selain Bisa Menikmati Ramadan Bersama Orangtua
Baca: Update Kasus Corona di Indonesia: Bertambah 61 Orang, Total 747 Pasien Sembuh Dari Covid-19
Baca: Sidang Kasus Penganiayaan, Nikita Mirzani Sebut Saksi dari Jaksa Menguntungkannya
Baca: Pemerintah Ingatkan ODP dan PDP Yang Tak Patuh Akan Dapat Peringatan dari Aparat
Eko menjelaskan sudah memetakan empat negara mitra yang dimungkinkan bisa mengimpor GKP di antaranya India, Brazil, Thailand, dan Australia.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso secara konsisten terus melakukan Operasi Pasar (OP) untuk memastikan stabilitas harga gula konsumsi.
Ia menegaskan kabar harga gula di luar harga eceran tidak tepat.
"Saya rasa bukan Rp20.500 per kilogram, tetapi Rp10.500 per kilogram. Karena Bulog memiliki pabrik gula PT Gendhis Multi Manis (GMM) yang tidak hanya menggiling tebu rakyat, kami mengajukan impor raw sugar tapi baru diturunkan Maret ini," kata Buwas, sapaan karibnya.
"Kami ingin berperan sehingga kebutuhan gula bisa terpenuhi dengan harga yang murah," sambung dia.
Di kesempatan yang sama, Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra Andre Rosiade sempat menyinggung harga gula yang terlampau tinggi kepada jajaran direktur utama BUMN klaster pangan.
Ia menyebut adanya keterbatasan pembelian per konsumen di ritel-ritel kebutuhan pokok bukti kelangkaan gula dan harga yang tidak wajar.
"Masyarakat kesulitan beli gula. Pengalaman saya kita beli hanya dibatasi maksimal dua kantong. Ini menunjukkan kondisinya terbatas. Saya ingin menyampaikan izin impor ini disiasati untuk menurunkan harga gula yang gila-gilaan," kata Andre.