Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

IHSG Diprediksi Terkoreksi Awal Pekan Depan hingga 4.317

Ia menyarankan, ketika terjadi kenaikan jangan melakukan pembelian agresif, tetapi cenderung melakukan pembelian saham ketika terjadi koreksi

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in IHSG Diprediksi Terkoreksi Awal Pekan Depan hingga 4.317
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (5/3/2020). Hanya bertahan di zona hijau sesaat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali turun 17 poin atau 0,31% ke 5.632 pasca adanya 2 WNI yang terkena virus Covid-19. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur PT Anugerah Mega Investama,  Hans Kwee mengatakan, pasar saham menutup akhir bulan April dengan berbagai sentiment positif.

Hans menjelaskan, terlihat kenaikan mulai diikuti aksi ambil untung pelaku pasar dan diprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) awal pekan berpeluang tekoreksi tetapi mungkin akan menguat di akhir pekan.

"Kami perkirakan support sepekan IHSG ada di level 4.317 sampai 4.441 dan resistance di level 4.669 sampai 4.747," ujarnya di Jakarta, Minggu (3/5/2020).

Karena itu, ia menyarankan, ketika terjadi kenaikan jangan melakukan pembelian agresif, tetapi cenderung melakukan pembelian saham ketika terjadi koreksi atau pelemahan.

Sementara, pasar saham domestik pekan ini dinilai menguat didukung berita positif kebijakan quantitative easing (QE) oleh Bank Indonesia (BI).

Baca: BEI Hentikan Perdagangan 6 Kali Bulan Ini Gara-gara IHSG Turun 5 Persen

Gubernur Bi Perry Warjiyo mengatakan jumlah QE telah mencapai Rp 503,8 triliun dengan tambahan dari pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) dan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) sebesar Rp 117,8 triliun per Mei 2020.

Berita Rekomendasi

QE pada periode Januari sampai April 2020 sebesar Rp386 triliun yang bersumber dari pembelian SBN di pasar sekunder dari investor asing sebesar Rp 166,2 triliun, lalu term repo perbankan sebesar Rp 137,1 triliun.

Kemudian, penurunan Giro Wajib Minimun (GWM) rupiah bulan Januari dan April 2020 sebesar Rp 53 triliiun dan swap valuta asing sebesar Rp 29,7 triliun.

"Restrukturisasi kredit perbankan yang dilakukan oleh OJK akan sangat membantu sehingga dana QE dari BI bisa mengalir ke sektor rill," pungkas Hans.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas