Pengamat: Harga BBM Indonesia Masih Kompetitif di Kawasan ASEAN
Komaidi Notonegoro menegaskan, harga BBM di tanah air masih sangat bersaing di kawasan ASEAN.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Sanusi
Pertimbangan lain yang harus dicermati, imbuh Fajriyah, adalah kurs Rupiah yang saat ini melemah dan konsumsi BBM yang jauh menurun.
“Di beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, Makassar, Surabaya, dan Medan, penurunan bahkan sangat tajam, lebih dari 50 persen,” katanya.
Terkait harga BBM, dari pengamatan di lapangan, BBM Pertamina memang lebih murah. Untuk RON 90 misalnya, Pertalite dijual Rp7.650/liter.
Harga ini lebih rendah dibandingkan Reguler (Shell) Rp9.075, Performance (Total) Rp9.075/liter, dan Revvo 90 (Vivo) Rp9.075/liter. Sedangkan Pertamax dijual Rp9.000/liter, atau lebih rendah dibandingkan Super (Shell) dan Performance 92 (Total), dan Revvo 92 (Vivo), yang masing-masing dijual Rp9.125/liter.
Selain itu, Pertamina juga memberikan program cashback 30 persen khusus untuk pelanggan yang membeli BBM non subsidi Pertamax series dan Dex series dengan menggunakan aplikasi MyPertamina dan pembayaran dengan LinkAja.
“Jadi nanti setelah transaksi akan ada saldo yang akan masuk di aplikasi LinkAja,” pungkas Fajriyah.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menyampaikan, menentukan harga jual BBM tidak hanya dari harga minyak mentah tapi juga biaya operasional bisnis, dan lain-lain. Ini perlu dipertimbangkan agar kegiatan bisnis tetap berjalan normal.
Bahkan, harga jual BBM Pertamina saat ini dari pembelian dua tiga bulan lalu. Alhasil tidak bisa dilihat satu variabel saja. Jadi, harus melihat keseluruhan dari unit bisnis yang dijalankan Pertamina.
Termasuk di antaranya, bahwa biaya yang dikeluarkan Pertamina juga sangat besar. Hal ini terkait dengan kondisi geografis Indonesia yang sangat luas dan sulit.
“Kita tidak bisa membandingkan harga BBM di Indonesia dan Malaysia. Luas wilayah berbeda, biaya distribusi juga berbeda. Jadi, banyak biaya variabel yang dikeluarkan,” kata Mamit dalam keterangannya, Minggu (3/5/2020) lalu.
Berbagai faktor tersebut, menurut Mamit, tentu memperberat kondisi Pertamina. Terlebih saat ini permintaan BBM juga menurun jauh.
Hal ini juga berbeda dibandingkan dengan pemain swasta lain, sehingga butuh banyak pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Di sisi lain Mamit mengingatkan, bahwa Pertamina sebenarnya juga sudah menurunkan harga BBM nonpenugasan pada Februari lalu.
Hulu Migas khususnya Pertamina memiliki biaya-biaya yang dibebankan oleh Pemerintah. Dalam kondisi penanganan wabah covid 19 saat ini, Pertamina sudah memberikan banyak bantuan dalam covid19 ini sehingga tidak serta merta harga minyak dunia turun maka harga BBM Pertamina harus diturunkan.