Badan Anggaran DPR: Bank Indonesia Harus Berani Ambil Terobosan Atasi Dampak Pandemi Covid-19
Said mengatakan, dana hasil dari mencetak uang dapat dijadikan alternatif pembiayaan yang dibutuhkan pemerintah daripada menerbitkan global bond.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, MH Said Abdullah menyebutkan Bank Indonesia harus berani mengambil terobosan di saat pandemi Covid-19, dalam menjaga pasar keuangan tanah air.
Menurutnya, rekomendasi mencetak uang pada kisaran Rp 400 triliun sampai Rp 600 triliun untuk mencukupi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), serta likuiditas perbankan nasional.
"Bank Indonesia harus mengambil langkah berani dan memiliki terobosan. Sebab bila mengandalkan kebijakan konvensional, maksimal yang meredam tekanan terhadap pasar keuangan, tetapi tidak mampu menyuplai optimal kebutuhan likuiditas," kata Said dalam keterangannya, Jakarta, Senin (11/5/2020).
Said mengatakan, dana hasil dari mencetak uang dapat dijadikan alternatif pembiayaan yang dibutuhkan pemerintah daripada menerbitkan global bond.
Baca: Kurangi PHK, Pemerintah Bolehkan Warga Usia di Bawah 45 Tahun Beraktivitas Lagi
Apalagi, dengan hasil cetak uang nantinya, dapat ditawarkan ke perbankan, pemerintah dan LPS, dengan yield yang lebih rendah daripada global bond.
"Saya merekomendasikan yield pada kisaran 2 sampai 2,5 persen. Melalui kebijakan ini, pemerintah akan memiliki beban bunga yang lebih rendah," papar Said.
Baca: THR untuk Pegawai Negeri Sipil Cair Jumat Pekan Ini
Said menjelaskan, kebijakan mencetak uang memang dapat meningkatkan inflasi, tetapi hal
tersebut dapat dimitigasi dengan berbagai instrument pengendalian dimiliki Bank Indonesia, misalnya melalui BI Rate dan kewenangan penetapan Giro Wajib Minimum (GWM).
Baca: Hikmah Pandemi Corona di Mata Natasha Rizky: Bisa 24 Jam Full Jalani Peran Istri dan Juga Ibu
"Jadi Bank Indonesia tidak semata-mata menikmati untung akibat selisih kurs dan bunga pinjaman. Tetapi sama sama ikut merasakan situasi krisis yang dihadapi oleh segenap rakyat," paparnya.