Permintaan Energi Global Diprediksi Kembali Anjlok, Jika Corona Kembali Mewabah
Agensi ini telah menaikkan prospek permintaannya terhadap minyak, yang indikatornya masih akan melihat rekor
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa kemunculan gelombang kedua kasus virus corona (Covid-19) dapat menimbulkan risiko besar bagi pasar energi.
Agensi ini telah menaikkan prospek permintaannya terhadap minyak bumi, yang indikatornya masih akan melihat rekor penurunan pada tahun ini.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (15/5/2020), dalam laporan bulanan utama yang dipublikasikan pada Kamis kemarin, pengawas energi yang berbasis di Prancis ini mengatakan pihaknya memprediksi permintaan minyak bumi global akan turun 8,6 juta barel per hari (bph).
Baca: Co-Founder Grab Desak Bisnis untuk Hemat Uang dan Siaga Hadapi Musim Dingin Di Tengah Corona
Baca: 5 Hal yang Wajib Tahu Tentang Naiknya Iuran BPJS Kesehatan, Pertimbangan Dinaikkan Hingga Dendanya
Baca: Soal Calon Penumpang Numpuk di Terminal Bandara, Kemenhub Tunggu Pernyataan Resmi Angkasa Pura II
Angka tersebut di atas prediksi awal IEA dalam laporan sebelumnya.
"Ketidakpastian yang besar masih ada, namun yang utama adalah apakah pemerintah bisa mengurangi tindakan penguncian (lockdown) tanpa memicu kembalinya wabah corona?," kata laporan itu.
IEA menyampaikan, pelonggaran pembatasan terkait corona dapat membantu permintaan di pasar energi.
Diperkirakan bahwa jumlah orang yang hidup di bawah tindakan lockdown akan mencapai 2,8 miliar pada akhir Mei 2020.
Angka ini turun dari puncaknya baru-baru ini yang mencapai 4 miliar penduduk.
Pertanyaan yang kerap muncul adalah terkait apakah produsen minyak utama akan tetap memegang komitmen mereka yang didasari perjanjian OPEC + ?.
Termasuk pertanyaan terkait sikap produsen utama yang bisa berdampak besar bagi masa depan pasar energi.
Menurut IEA, penutupan produksi minyak yang disetujui oleh blok itu, serta pengurangan produksi yang dibuat oleh negara-negara di luar OPEC +, tentunya akan menghapus pasokan 12 juta barel per hari dari pasar minyak pada bulan Mei ini.
Lembaga ini pun menekankan bahwa Amerika Serikat (AS) akan menjadi pendorong tunggal utama dalam upaya pengurangan pasokan minyak, dengan memangkas produksi hariannya sebesar 2,8 juta barel jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Hal itu karena tahun ini masih menjadi rekor terburuk untuk permintaan minyak.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.