Permintaan Energi Global Diprediksi Kembali Anjlok, Jika Corona Kembali Mewabah
Agensi ini telah menaikkan prospek permintaannya terhadap minyak, yang indikatornya masih akan melihat rekor
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol pun masih meragukan indikasi bahwa pengurangan produksi yang diumumkan oleh produsen utama Teluk Arab, akan cukup untuk menyeimbangkan pasar global.
Menurutnya, hal itu cukup sulit terwujud karena sistem lockdown yang diberlakukan banyak negara saat ini sangat melumpuhkan permintaan terhadap minyak.
"Saya senang melihat Arab Saudi, Emirates dan Kuwait akan membuat pemangkasan lebih lanjut. Tentu saja saya menyambut mereka, tapi apakah ini cukup atau tidak ? saya kira tidak," kata Birol.
Prospek IEA yang diawasi secara ketat serta penurunan stok minyak mentah AS, mendorong meningkatnya harga minyak pada Kamis kemarin.
Minyak mentah Brent naik sekitar tiga persen dan diperdagangkan sedikit di atas 30 dolar AS per barel.
Sementara West Texas Intermediate (WTI) melonjak lebih dari dua setengah persen menjadi sekitar 26 dolar AS per barel.
Harapan IEA tampaknya lebih optimis dari apa yang disampaikan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Rabu lalu.
Tidak seperti sesama Analis di IEA, OPEC memperburuk prediksinya untuk tahun ini.
Menurut prediksi OPEC, permintaan minyak global harian akan menyusut sebesar 9,07 juta barel pada tahun 2020, ini mengindikasikan kontraksi yang lebih dalam dari perkiraan sebelumnya yakni sebesar 6,85 juta barel.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.