Menteri Teten Dorong Pedagang UMKM Mulai Adaptasi ke Market Online
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki memandang perlunya pedagang mulai beradaptasi dengan market online.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di era krisis Covid-19 tenggelam lantaran kondisi supply dan demand yang tidak terjaga.
Dibandingkan krisis ekonomi 1998, UMKM justru mampu menggenjot nilai ekspor hingga 350 persen di tengah ambruknya perusahaan besar.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki memandang perlunya pedagang mulai beradaptasi dengan market online.
Baca: Kerjasama Kemenkop dengan Platform E-commerce Menuai Kritik, Begini Jawaban Menteri Teten
Baca: Pesan Idul Fitri Menteri Teten: Majukan Ekonomi Indonesia, Bangga Pakai Produk Lokal
Diketahui, penjualan di e-commerce mulai Maret 2020 terus meningkat hingga 18 persen akibat kebijakan PSBB.
“Kebijakan di rumah saja ini mengubah perilaku konsumen dan mendorong penjualan kebutuhan primer, di mana kebutuhan masyarakat akan makan dan minum selama PSBB paling banyak dari UMKM naik 52,6 persen, keperluan sekolah naik 34 persen. Kebutuhan personal seperti masker dan hand sanitizer, juga tumbuh 29 persen,” papar Menteri Teten di Jakarta, Selasa (2/6/2020).
Menteri Teten meminta UMKM selalu fleksibel dan dinamis untuk melihat peluang usaha baru untuk bisa memenuhi kebutuhan pasar.
Dia mengakui bahwa UMKM yang terhubung dengan market online baru terserap 13 persen atau sekitar delapan juta pelaku usaha.
Sementara yang 70 persen lebihnya belum terhubung, karena tidak memiliki infrastruktur dasar, termasuk minim literasi.
Teten sudah meminta para pelaku e-commerce untuk membuka laman UMKM di market mereka supaya produk UMKM semakin banyak dijual di market online, sehingga, market online tidak didominasi produk impor.
Selain itu, bagi UMKM yang belum terhubung dengan sistem pembiayaan, akan bisa langsung masuk ke program relaksasi.
Dengan begitu, nantinya seluruh UMKM bisa terhubung dengan sistem pembiayaan.
"Kebanyakan UMKM ini tidak memiliki toko, pasar pun terbatas di lingkungan sekitar, maka menjadi penting untuk didorong masuk ke market online."
“Walaupun nanti sudah terhubung dengan market online, tidak berarti semerta-merta penjualan langsung meningkat,” imbuh Menkop.
Persaingan di market online dari sisi brand dan kualitas juga menjadi faktor yang penting.
Problem utama di UMKM, brand UMKM terlalu banyak untuk satu jenis produk. Misalnya, produk kopi, keripik, bakpia, dan sebagainya.
Pihaknya akan konsolidasi lewat Smesco Indonesia, yang akan meluncurkan skema brand bersama.
Selain itu, kapasitas produksi di UMKM juga masih rendah.
Sehingga, kalau didorong ke market online yang pasarnya nasional dan ekspor, namun dengan keterbatasan kapasitas produksi, maka akan ditinggalkan konsumen.