Pertamina Berencana IPO, Pengamat: Bukan Lagi Hal Tabu di Industri Migas
Aramco meraup 25,6 miliar dolar AS atau setara Rp 359,3 triliun pada penawaran umum saham perdananya dan menjadi yang terbesar di dunia.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan turut menanggapi rencana PT Pertamina (Persero) yang akan melakukan penawaran saham perdana (IPO).
"Yang ramai ini Pertamina soal IPO, di mana banyak dikhawatirkan oleh banyak masyarakat. Hemat saya IPO bukan lagi hal tabu di industri migas," katanya dalam diskusi virtual Mengawal Transformasi BUMN untuk Indonesia Maju di Jakarta, Selasa (16/6/2020).
Baca: Pengamat: Langkah Perampingan Direksi Pertamina Sudah Tepat
Menurutnya, sebagai perbandingan perusahaan BUMN minyak asal Arab Saudi, Saudi Aramco pun telah berani melakukan IPO.
Aramco meraup 25,6 miliar dolar AS atau setara Rp 359,3 triliun pada penawaran umum saham perdananya dan menjadi yang terbesar di dunia.
IPO Aramco mengalahkan IPO Alibaba pada September 2014 yang berhasil meraih 25 miliar dolar AS.
"Tidak hanya Aramco, perusahaan minyak milik negara Brasil Petrobras juga sudah melakukan IPO," tutur Mamit.
Dia menuturkan sebaiknya rencana IPO Pertamina ini dilihat secara keseluruhan tidak langsung menyikapinya dengan penolakan.
"Karena faktanya sudah dua subholding Pertamina yang melepas sahamnya yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan PT Elnusa Tbk," katanya.
Sementara itu, para pekerja Pertamina yang tergabung dalam Serikat Pekerja Pertamina Persada IV wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta menolak rencana IPO yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemagang Saham (RUPS).
Ketua Umum Serikat Pekerja Pertamina Persada IV, Fachrul Razi mengatakan IPO dapat mereduksi kewenangan negara atas BUMN, sehingga berpotensi menjadi legitimasi privatisasi, penjualan, dan penghilangan BUMN.
"Karena hal itulah saya atas nama pekerja Pertamina di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta kami akan sejalan dengan Federasi Serikat Pertamina Pertamina Bersatu (FSPPB) yang berkedudukan di Jakarta untuk menolak keputusan RUPS tersebut," tutur Fachrul mengutip Tribun Jateng, Selasa (16/6/2020).