Pemerintah Diminta Kaji Ulang Rapid Test untuk Penumpang Pesawat, Lion Air Group Enggan Berkomentar
banyak masyarakat yang mengartikan bahwa saat sudah melakukan rapid test dan swab test merasa dirinya kebal terhadap Covid-19.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ombudsman Republik Indonesia (RI) menyarankan pemerintah untuk mengkaji kembali syarat rapid test dan swab test untuk penumpang pesawat.
Menurut Ombudsman, banyak masyarakat yang mengartikan bahwa saat sudah melakukan rapid test dan swab test merasa dirinya kebal terhadap Covid-19.
Terkait hasil rapid test dan swab test, yang disebut Ombudsman disalahartikan sebagai imunitas berjangka, Lion Air Group enggan mengomentari hal tersebut.
Baca: Pemerintah Diminta Kaji Ulang Kebijakan Rapid Test dan Swab untuk Penumpang Pesawat
Baca: Maskapai Sriwijaya Air Sediakan Layanan Rapid Test untuk Calon Penumpang
Menurut Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro, mengenai hasil tes dan validasinya itu bukan wewenang Lion Air Group.
Maka harus dikonfirmasi kepada lembaga kesehatan terkait, dan yang berwenang mengatakan itu.
Lanjut Danang, Lion Air Group menilai saat ini penumpang pesawat sudah memahami persayaratan melakukan perjalanan menggunakan pesawat udara di tengah wabah Covid-19.
"Calon penumpang saat ini hanya membutuhkan surat keterangan sehat, rapid test atau Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan hasil reaktif negatif Covid-19," ucap Danang saat dihubungi Tribunnews, Jumat (19/6/2020).
Menurut Danang, persyaratan ini sesuai dengan Surat Edaran Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nomor 7 Tahun 2020, Tentang Kriteria dan Persyaratan Perjalanan Orang Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19.
"Dalam surat edaran ini, syarat untuk terbang kembali diatur dan menjadi lebih sederhana dibandingkan peraturan yang lalu," kata Danang.
Sebelumnya Anggota Ombudsman RI, Alvin Lie, meminta pemerintah mengkaji ulang kebijakan rapid test dan swab test untuk penumpang pesawat.
Kebijakan rapid test dan swab test, menurut Alvin, hanya Indonesia saja yang memberlakukan kebijakan tersebut bagi penumpang pesawat.
"Saya mengamati bahwa di negara lain, untuk penumpang pesawat tidak ada prosedur rapid test dan swab test terkait virus corona atau Covid-19," ucap Alvin dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/6/2020).
Pasalnya rapid test yang berlaku untuk tiga hari, lanjut Alvin, sering dianggap sebagai vaksin atau imunitas bahwa penumpang pesawat tidak akan terkena Covid-19 selama tiga hari.
"kemudian itu juga berlaku untuk swab test yang berlaku tujuh hari, banyak yang menganggap seperti imunitas," ucap Alvin.
Alvin mengatakan, seolah-olah jadinya yang telah melakukan rapid test dan swab test kebal terhadap Covid-19, Ini disalah artikan.
"Padahal bisa saja saat melakukan tes reaktifnya negatif, tetapi tiba-tiba kontak dengan orang positif dan tidak ketauan karena sudah dinyatakan negatif saat tes," ujar Alvin.
"Hal ini lah yang harus dikaji kembali oleh pemerintah terkait kebijakan pemeriksaan tes Covid-19," lanjut Alvin.
Selain itu Alvin juga menyarankan pemerintah, agar setelah pemeriksaan tes Covid-19 dilakukan tracking kepada orang tersebut.
"Hal ini agar pemeriksaan terhadap masyarakat, dapat lebih terarah dan melindungi masyarakat dalam penyebaran wabah ini," ucap Alvin.