Tekan Biaya Produksi, Petani Dialihkan untuk Tanam Bawang Merah Biji
Untuk menggenjot produksi ditengah kenaikan harga benih asal umbi pada musim tanam tahun ini, penggunaan benih biji atau menjadi pilihan terbaik.
Editor: Hasanudin Aco
Mengantisipasi kelangkaan dan mahalnya harga benih umbi bawang merah terutama di wilayah sentra sepanjang pantura, Kementan langsung menerjunkan Tim ke lapang untuk mensosialisasikan benih biji.
Mutiara Sari, Kasubdit Bawang Merah dan Sayuran Umbi mengatakan penggunaan benih biji sebagai salah satu cara mengefisienkan biaya produksi.
“Beberapa bulan terakhir harga bawang merah terus menguat, akibatnya harga benih umbi ikut terkerek naik. Untuk kebanyakan petani harganya sudah tidak terjangkau sehingga sebagian memilih tunda tanam atau beralih tanam komoditas lain. Kalaupun dipaksakan tanam, biayanya jadi tidak efisien. Jadi sekarang momen yang tepat untjk beralih ke benih bawang merah biji,” ujar Mutiara saat melakukan supervisi bawang merah di Brebes, Jawa Tengah (19/06/2020).
Tim lapang Kementan diketahui turut membagikan bantuan benih biji untuk wilayah Indramayu dan Cirebon.
Salah seorang petani bawang merah di Brebes yang juga aktif membudidayakan bawang merah biji selama lebih dari 10 tahun, Iyus, menyatakan bahwa banyak petani yang enggan untuk beralih ke benih biji karena kendala saat persemaian.
“Memang di Brebes ini kebanyakan petani masih tergantung benih umbi karena belum terbiasa melakukan persemaian. Kalau sudah bisa sih sebenarnya mudah, memang lebih intensif saja perawatannya saat persemaian tapi total biaya produksinya jauh lebih murah dibanding bawang merah umbi. Hasilnya juga lebih menguntungkan,” ujarnya.
Jenis bawang merah biji yang banyak dikembangkan petani saat ini adalah varietas Lokananta, yang mampu menghasilkan 15-18 ton per hektar, atau lebih tinggi dibandingkan bawang merah umbi di Brebes yang rata-rata menghasilkan 10-12 ton/ha.
Hanya saja budidaya bawang merah biji butuh tambahan waktu persemaian sekitar 42 hari sehingga total sampai panen sekitar 100 hari.
Juwari, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia yang juga penangkar bawang merah mengaku telah mencoba menanam bawang merah biji varietas Lokananta. “Memang bentuk umbinya lebih membulat, tidak seperti bawang merah asal umbi yang cenderung lonjong.
Akan tetapi bawang seperti ini sangat disukai konsumen di Thailand dan Vietnam. Kalau produksinya bisa mencapai 1000 ton tiap tahun, bisa kita ekspor. Permintaannya dari luar negeri sangat tinggi untuk jenis bawang merah seperti ini,” pungkasnya yakin.
Diberitakan sebelumnya, Kementan melalui Early Warning System atau EWS mensinyalir akan ada penurunan produksi di bulan Oktober-Desember ini.
Sehingga upaya Intervensi percepatan tanam di bulan Juni-Juli serta menggenjot produksi untuk pengamanan konsumsi masyarakat dan juga ekspor harus segera dilakukan.
Di tengah tingginya harga benih umbi, Kementan mengambil langkah strategis untuk mendorong petani beralih ke benih biji atau TSS yang diketahui lebih murah dan juga menguntungkan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.