Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Saat Pandemi Covid-19, Cocoknya Bertani, Manfaatkan Lahan Sempit Bisa Hasilkan Ratusan Ribu

masyarakat bisa menggunakan sedikit lahan di area rumahnya, tidak perlu luas, untuk menanam sayuran.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Saat Pandemi Covid-19, Cocoknya Bertani, Manfaatkan Lahan Sempit Bisa Hasilkan Ratusan Ribu
Tribunnews/Jeprima
Pekerja melakukan perawatan tanaman sayur hidroponik bayam hijau di Serua Farm Bojong Sari, Depok, Jawa Barat, Jumat (26/6/2020). Di masa pandemi Covid-19, permintaan tanaman sayur hidroponik mengalami kenaikan hingga 200 persen yang dijual secara daring ke berbagai supermarket yang tersebar di Jabodetabek. Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Kementerian Pertanian menyatakan, sudah membuat peta jalan terkait konsep bahan pangan selain beras untuk menghilangkan stunting.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, perlu adanya perubahan cara berpikir di masyarakat untuk menyukseskan program tersebut.

"Memperkuat itu satu diantaranya ubah mindset. Dampak pandemi ini di sekitar kita yang kena PHK atau tidak adalah bertani, sayurannya bisa dipetik 20 hari, 1 bulan, 3 bulan seperti tomat dan cabai," ujarnya di kantornya, Minggu (28/6/2020).

Baca: Yang Perlu Diketahui Orangtua Saat Anak Menolak Makan Buah dan Sayur

Baca: Atiqah Hasiholan Rajin Tanam Hidroponik Usai Makanan yang Dikirim ke Ratna Sarumpaet Disebut Beracun

Syahrul menjelaskan, masyarakat bisa menggunakan sedikit lahan di area rumahnya, tidak perlu luas, untuk menanam sayuran.

"Karena itu di sekitar rumah, bertani satu meter kali kali satu meter bisa dapat Rp 500 ribu per bulan dan tidak keluar uang beli sayur," katanya.

Bahkan kalau sudah dalam skala lebih luas, dia menambahkan, masyarakat bisa meraih omzet hingga ratusan juta dan bisa diekspor.

Berita Rekomendasi

"Kalau diformat lebih bagus sesuai permintaan ekspor, bisa ekspor. Dua tahun kedepan dunia butuh komoditas pertanian dari negara kita," pungkasnya.

Pekerja melakukan perawatan tanaman sayur hidroponik bayam hijau di Serua Farm Bojong Sari, Depok, Jawa Barat, Jumat (26/6/2020). Di masa pandemi Covid-19, permintaan tanaman sayur hidroponik mengalami kenaikan hingga 200 persen yang dijual secara daring ke berbagai supermarket yang tersebar di Jabodetabek. Tribunnews/Jeprima
Pekerja melakukan perawatan tanaman sayur hidroponik bayam hijau di Serua Farm Bojong Sari, Depok, Jawa Barat, Jumat (26/6/2020). Di masa pandemi Covid-19, permintaan tanaman sayur hidroponik mengalami kenaikan hingga 200 persen yang dijual secara daring ke berbagai supermarket yang tersebar di Jabodetabek. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/Jeprima)

Tak Hanya Beras Andalan Pertanian Indonesia

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengkampanyekan Gerakan Diversifikasi Pangan dalam rangkaian acara Hari Krida Pertanian di Jakarta, Minggu (28/06/2020).

Dengan slogan indah dan bahagia dengan pangan lokal, Gerakan Diversifikasi Pangan ini digelar sebagai upaya untuk mendorong ketersediaan dan konsumsi pangan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.

Menurut SYL, gerakan diversifikasi pangan ini mewakili harapan dan kebutuhan dari seluruh rakyat Indonesia agar ketahanan pangan tetap kokoh, yang memperkuat hadirnya negara yang sejahtera.

"Hari ini kita mengkampanyekan gerakan diversifikasi pangan lokal. Kita nyatakan diverifikasi pangan lokal adalah kekayaan dan budaya bangsa. Bukan hanya beras yang kita miliki," ujarnya, Minggu (28/6/2020).

Dia membeberkan, Indonesia memiliki berbagai pangan lainnya, tidak hanya beras, ada ubi-ubian, jagung, sorgum, sagu, kentang, labu dan lainnya.

Lebih lanjut, lanjut SYL, upaya sekecil apapun akan menjadi langkah untuk turut memperkuat ketahanan bangsa yang artinya kita memiliki kekuatan dan kemampuan bersama.

Dalam acara ini, SYL juga menambahkan, Kementerian Pertanian meluncurkan roadmap diversifikasi pangan lokal sumber karbohidrat non beras.

Sementara, Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi menambahkan, roadmap diversifikasi pangan hulu hingga hilir, meliputi produksi, pascapanen, stok dan pengolahan, pemasaran hingga pemanfaatan berupa edukasi ke masyarakat.

Dijelaskannya, untuk tahun 2020 hingga tahun 2021 mendatang, upaya diversifikasi pangan lokal pengganti beras meliputi penyediaan benih atau bibit unggul, pupuk dan pendampingan.

Mempertahankan areal tanam dan menambah areal baru untuk pisang sumber karbohidrat, gerakan tidak mengonsumsi beras atau nasi dan produk turunannya 1 hari dalam 1 bulan serta melakukan kampanye dan edukasi ke masyarakat.

"Kita mendorong komoditas pangan lokal non beras ini dikembangkan sesuai potensi dan spesifik lokasi, satu wilayah punya satu keunggulan komoditas," pungkas Agung.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas