Dibuka Menguat, Rupiah Berada di Level Rp 14.170 per Dolar AS, Selasa 30 Juni 2020, Ini Alasannya
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot dibuka menguat ke Rp 14.170 per dolar AS atau naik 0,53 persen, Selasa (30/6/2020).
Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot dibuka menguat ke Rp 14.170 per dolar AS, Selasa (30/6/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, posisi menguat 0,53 persen dibandingkan penutupan Senin (29/6/2020), yakni Rp 14.245 per dolar AS.
Meskipun demikian, Head of Economics Research, Pefindo Fikri C Permana mengatakan rupiah berpotensi kembali mengalami pelemahan hari ini.
Alasannya, ialah rencana pembatasan capital plan dari The Federal Reserve yang dikhawatirkan akan membuat likuiditas dolar AS lebih sedikit dibanding perkiraan.
Sentimen eksternal lainnya yang bisa menjadi pemberat rupiah adalah gelombang kedua persebaran virus corona di sejumlah negara.
"Dari dalam negeri, jumlah penawaran SUN yang kemungkinan stabil dapat mendorong aliran dana asing ke dalam negeri."
"Selain itu, kemungkinan nilai inflasi yang rendah, diharapkan akan mendorong meningkatnya real yield dan stabilnya rupiah," kata Pefindo Fikri C Permana kepada Kontan.co.id, Senin (29/6/2020).
Ia menambahkan, prospek kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang masih terbatas, seiring pernyataan presiden, dikhawatirkan menahan investor masuk ke dalam negeri.
Fikri juga memproyeksikan mata uang Garuda akan bergerak pada kisaran Rp 14.180 - Rp 14.380 per dolar AS.
Sementara Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan kekhawatiran pasar terhadap peningkatan penyebaran virus Covid-19 masih belum hilang.
Namun pernyataan Gubernur The Fed yang berencana mempertahankan suku bunga rendah dalam waktu lama akan menambah sentimen positif aset berisiko.
“Pagi ini sebagian aset berisiko kelihatan positif karena adanya komentar tertulis Gubernur the Fed yang mengatakan akan mempertahankan suku bunga sangat rendah dalam jangka waktu yang lama untuk membantu memulihkan ekonomi,” kata Ariston kepada Kompas.com.
Kemudian, rilis data indeks aktivitas manufaktur dan non-manufaktur China pada bulan Juni, menunjukan terjadinya peningkatan aktivitas.
“Tarik menarik sentimen positif dan negatif ini bisa membuat rupiah bergerak mengalami pelemahan atau penguatan yang tipis hari ini,” kata Ariston.