TRIBUNNEWS.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot dibuka melemah ke Rp 14.288 per dolar AS, Rabu (1/7/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, posisi melemah 0,19 persen dibandingkan penutupan Selasa (30/6/2020), yakni Rp 14.265 per dolar AS.

Kekhawatiran adanya gelombang kedua pandemi membuat nilai tukar rupiah melemah, sebagaimana dilansir Kontan.co.id.

Analis Global Kapital Investama, Alwi Assegaf mengatakan kenaikan jumlah pasien positif korona membuat pelaku pasar khawatir.

Apalagi bisa terjadi gelombang kedua, meski gelombang pertama belum usai.

"Beberapa kawasan di AS dan Inggris membatalkan pembukaan ekonominya dan pembatasan kembali dijalankan setelah sempat protokol dilonggarkan," kata Alwi, Selasa (30/6/2020).

Kemudian, potensi lockdown yang kembali dilakukan mengancam percepatan pemulihan ekonomi dan akhirnya memukul nilai tukar garuda.

Kini, pelaku pasar kembali menjauhi aset berisiko dan mengoleksi dolar AS sebagai aset safe haven.

Sementara Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual mengatakan rupiah masih melemah karena masalah geopolitik dan kecemasan second wave.

Dikutip Kontan.co.id, di Asia mata uang rupiah melemah bersama baht Thailand yang melemah 0,10% terhadap dolar AS.

Di sisi lain, mayoritas mata uang Asia menguat terhadap dolar AS pagi ini.

Dolar Taiwan memimpin penguatan mata uang Asia dengan  kenaikan 0,29%, disusul won Korea yang naik 0,26%, yen Jepang naik 0,15%, dan ringgit Malaysia naik 0,13%.

Selanjutnya, rupee India menguat 0,09%, pesso Filipina menguat 0,03%, yuan China menguat 0,03%, dolar Singapura menguat 0,007% dan dolar Hong Kong menguat 0,001% terhadap dolar AS.

Adapun kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada pada level Rp 14.341 per dolar AS.