KLM Royal Dutch Terima Dana Talangan 3,4 Miliar Euro dari Uni Eropa
Sejak adanya wabah Covid-19, KLM menjalankan berperan penting dalam pemulangan warga negara dan mengangkut peralatan medis.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maskapai penerbangan Eropa, KLM Royal Dutch, mendapatkan dana talangan atau bailout dari Uni Eropa sebesar 3,4 miliar euro, setara Rp 55,81 triliun.
Mengutip dari TradeArabia hari Rabu (15/7/2020), dana talangan tersebut merupakan likuiditas untuk maskapai KLM Royal Dutch dalam menghadapi ancaman akibat pandemi Covid-19.
Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk jaminan negara, atas pinjaman konsorsium bank dan pinjaman subordinasi kepada perusahaan Pemerintah Belanda.
Wakil Presiden Eksekutif UE, Margrethe Vestager, mengatakan KLM Royal Dutch berperan penting dalam perekonimian Belanda khususnya dalam ketenagakerjaan dan konektivitas perjalanan udara.
"Krisis ini, sangat menghantam sektor penerabangan. Maka dari itu perlu adanya bantuan untuk industri ini," ucap Vestager.
Belanda dalam hal ini, memberlakukan persyaratan tertentu untuk bantuan dana tersebut terkait alokasi laba, kondisi kerja dan kesinambungan bisnis ke depannya.
Baca: Garuda Indonesia Belum Terima Dana Talangan yang Dijanjikan Pemerintah
Selain itu, negara-negara anggota Uni Eropa lainya juga telah merancang langkah-langkah yang sejalan dengan tujuan kebijakan dan aturan internal komisi dalam mengucurkan dana talangan tersebut.
Baca: Maskapai asal Australia Qantas akan PHK Ribuan Pegawainya
KLM Royal Dutch sendiri merupakan bagian dari grup Air France KLM, di mana negara Belanda ikut berkontribusi di dalamnya.
Baca: PT KAI Minta Dana Talangan Rp 3,5 Triliun untuk Jaga Arus Kas
KLM merupakan perusahaan swasta terbesar kedua di Belanda yang mempekerjakan lebih dari 36.000 karyawan.
Sejak adanya wabah Covid-19, KLM menjalankan berperan penting dalam pemulangan warga negara dan mengangkut peralatan medis.
Pembatasan perjalan selama pandemi membuat bisnis KLM tertekan. Situasi ini membuat maskapai mencatat kerugian operasional cukup besar.