Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Minus, Analis: Jika Resesi Terjadi, Masyarakat Jangan Panik
Piter Abdullah memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan kuartal IV juga kemungkinan masih mengalami minus.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia kuartal II 2020 terhadap kuartal II 2019 mengalami kontraksi atau minus sebesar 5,32 persen.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan kuartal IV juga kemungkinan masih mengalami minus.
"Apabila perkiraan ini benar-benar terjadi, maka Indonesia pada bulan Oktober nanti akan secara resmi dinyatakan resesi," kata Piter.
Baca: Indonesia di Ambang Resesi, Wamenkeu Suahasil Nazara: Jangan Khawatir soal Label Resesi
Baca: Terburuk Sejak 1998, Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal 2 2020 Minus 5,32 Persen. Siap Resesi?
Menurutnya, pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi dipastikan negatif. Piter menegaskan resesi menjadi sebuah kenormalan baru, saat ini semua negara diyakini tinggal menunggu waktunya saja untuk menyatakan secara resmi sudah mengalami resesi.
"Semua negara berpotensi mengalami resesi. Perbedaannya hanya masalah kedalaman dan kecepatan recovery. Negara-negara yang bergantung kepada ekspor, kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi sangat tinggi akan mengalami double hit, sehingga kontraksi ekonomi akan jauh lebih dalam," terangnya.
Piter mengimbau jika resesi benar terjadi masyarakat jangan panik. Dia bilang yang lebih penting bagaimana dunia usaha bisa bertahan di tengah resesi.
Apabila dunia usaha bisa bertahan, tidak mengalami kebangkrutan, maka Indonesia akan bisa bangkit kembali dengan cepat ketika wabah sudah berlalu.
"Meskipun Indonesia nanti dinyatakan resesi, masyarakat tidak perlu panik. Sekali lagi resesi sudah menjadi sebuah kenormalan baru di tengah wabah. Hampir semua negara mengalami resesi," ucapnya.
Di saat seperti ini, pentingnya membangun rasa optimistis dengan berbagai kebijakan yang sudah diambil oleh pemerintah melalui program PEN, (Pemulihan Ekonomi Nasional).
"Kita akan bisa meningkatkan daya tahan dunia usaha kita, dan kita akan pulih pada tahun 2021," ujarnya.
Konsumsi
Pengamat Institute for Development of Economics (Indef) Bhima Yudistira mengatakan pemerintah tidak responsif dalam menangani pandemi Covid-19.
Hal itu menyusul pengumuman pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2020 minus 5,32 persen (year- on-year/ yoy).
Angka tersebut jeblok dibanding pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 yang tumbuh 2,97 persen (yoy) maupun dibandingkan kuartal II 2019 yang mampu tumbuh 5,05 persen (yoy).