Pandemi Covid-19 Ubah Paradigma Investor Tentang Strategi Membiakkan Modal
Bagi dunia bisnis dan pemilik aset, investasi berkelanjutan bukan sekedar “nice to invest” tetapi menjadi sebuah “new-normal”.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Paradigma konsumen, dunia bisnis, dan pemilik aset (investor) mengenai pentingnya aktivitas yang bertanggung-jawab kini berubah sebagai dampak dari pandemi Covid-19.
Kini banyak investor yang memikirkan kembali pendekatan mereka terhadap keputusan investasi dan alokasi modal dengan menjadikan keberlanjutan sebagai filosofi investasi mereka.
Hal ini sejalan dengan roadmap OJK mengenai Keuangan Berkelanjutan yang memasuki tahapan Strengthening Resilience (periode 2019-2024).
Baca: Investasi Mikro Berkelanjutan, Pilihan Baru Pertahankan Usaha di Tengah Pandemi
Pada tahapan ini, industri jasa keuangan ditargetkan untuk memperkuat manajemen risiko dan tata kelola perusahaan yang baik pada aspek sosial dan lingkungan.
Keuangan keberlanjutan tidak lagi sekedar perilaku pada segmen bisnis dan investasi tertentu (niche), tetapi akan menjadi perilaku yang mainstream (new-normal).
Bagi dunia bisnis dan pemilik aset, investasi berkelanjutan bukan sekedar “nice to invest” tetapi menjadi sebuah “new-normal”.
Baca: Kerjakan Tiga Proyek Anjungan, Pertamina Hulu Mahakam Tanam Investasi 105 Juta Dolar AS
"Bagi dunia bisnis dan pemilik aset, investasi berkelanjutan bukan sekedar “nice to invest” tetapi menjadi sebuah new-normal."
"Diperlukan strategi dan inovasi untuk menjadikan keuangan berkelanjutan sebagai filosofi dan tujuan investasi dalam kegiatan investasi “new-normal” mereka," ungkap Ketua IBS Dr. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono, S.H., LL.M saat memberikan sambutan di seminar online yang diselenggarakan STIE Indonesia Banking School (IBS) bertajuk “Sustainable Finance: From Niche to New Normal”, Jumat (7/8/2020).
Di acara webinar ini dipaparkan bagaimana dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar keuangan berkelanjutan menjadi praktek yang mainstream pasca pandemi Covid-19, untuk mempercepat penguatan manajemen risiko dan tata kelola perusahaan untuk aspek sosial dan lingkungan.
Baca: Realisasi Investasi Kuartal II di Bawah Target, Kepala BKPM Janjikan Permudah Perizinan ke Investor
Seminar online ini menghadirkan Prof. Dr. Muliaman D. Hadad, SE., MPA, yang pernah menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2006 - 2011 dan Ketua Dewan Komisioner OJK periode 2012-2017 dengan moderator Dr. Ira Geraldina, SE, Ak., M.S.Ak., CA, dosen Prodi S1 Akuntansi STIE IBS.
Dalam kesempatan tersebut, Muliaman mengatakan, sangat penting bagi kita untuk membuat agenda susulan sustainable finance pasca Covid-19 nanti.
“Covid ini berubah banyak hal. Sangat mempengaruhi kemanusiaan di seluruh dunia. Semua negara terganggu. Ini luar biasa, ekstra ordinary, jauh lebih dahsyat dari krisis sebelumnya,” paparnya.
Dia menjelaskan, justru pandemi ini yang menyadarkan kita betapa pentingnya isu-isu sustainable finance ke depannya.
Selain itu, Covid juga memunculkan kesempatan untuk membuat langkah-langkah persiapan, terutama di industry keuangan pada saat recovery pasca Covid. Sustainable finance itu menyangkut isu-isu lingkungan, sosial dan pemerintahan.
Terkait dengan UMKM, di saat sekarang UMKM justru terpukul cukup berat tidak seperti krisis sebelumnya dimana kita masih bisa berharap UKM menjadi lokomotif.
“Kita perlu usaha khusus agar UMKM kembali jadi lokomotif. Saya pikir, pemerintah sudah banyak membantu melalu program binaan, bantuan, pinjaman, dan sebagainya. Tentu saja, kedepan tidak hanya sampai pada level resilience,” tandasnya.
Sivitas akademika IBS berharap agar seluruh peserta webinar mendapatkan deep insight dari tangan pertama tentang bagaimana kebijakan itu dirumuskan dan diterapkan, sebagai langkah antisipasi untuk meredam dampak Pandemi Covid 19.
IBS juga menyediakan program beasiswa untuk mahasiswa berprestasi baik akademik dan non akademik.
Salah satu beasiswa itu, antara lain berupa keringanan uang pangkal. Dengan adanya program beasiswa ini memberikan kesempatan kepada seluruh siswa SMA dan sederajat untuk memperoleh pendidikan yang layak.
Melalui seminar online ini sekaligus mengantisipasi dampak pandemi covid-19, IBS bekerjasama dengan Bank BRI, Bank DKI, Bank Sinarmas, dan Bank Ganesha memberikan beasiswa pendidikan untuk mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.
Program beasiswa ini meliputi Beasiswa Pendidikan Start senilai Rp 19 juta, di mana calon mahasiswa yang terpilih dibebaskan biaya tes, uang pangkal dan uang semester pertama.
Kusumaningtuti mengatakan, donasi ini akan membantu mahasiswa berprestasi untuk memulai perkuliahan semester pertama di masa pandemi Covid-19.
Beasiswa Study diperuntukan untuk mahasiswa yang berprestasi namun secara ekonomi kurang mampu dan sedang menempuh pendidikan di IBS pada semester pertama.
Mahasiswa akan mendapat bantuan senilai Rp 12 juta untuk biaya kuliah dan sertifikasi profesi pada akhir masa perkuliahan.
Terakhir adalah beasiswa Graduation diperuntukan bagi lulusan terbaik dari SMA Negeri yang berasal dari keluarga kurang mampu, namun berprestasi, berupa pembiayaan kuliah selama 8 semester dengan nilai beasiswa Rp 96 juta.
Calon penerima beasiswa diseleksi dan yang terpilih selain nilainya terbaik, juga harus aktif berorganisasi, memiliki prestasi non akademis, atau kegiatan sosial yang mempunyai dampak kebermanfaatan bagi masyarakat.