SPI: Kenaikan NTP Juli 2020 Belum Sepenuhnya Menguntungkan Petani
BPS mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) untuk Juli 2020 berada pada angka 100,09 atau naik 0,49 persen dibandingkan NTP Juni 2020.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) untuk Juli 2020 berada pada angka 100,09 atau naik 0,49 persen dibandingkan NTP Juni 2020.
Kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani naik sebesar 0,47 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani mengalami penurunan sebesar 0,02 persen.
Sekretaris Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), Agus Ruli Ardiansyah menyebut kenaikan NTP Juli 2020 belum sepenuhnya merefleksikan kondisi petani di Indonesia saat ini.
Baca: Kabar Baik, Beberapa Indikator Ekonomi Mulai Berdenyut Lagi: Temuan BPS
Baca: BPS Catat Ekonomi DKI Kuartal II Turun 8,22 Persen, Ini Komentar Anies
“Kenaikan tersebut belum sepenuhnya menguntungkan bagi petani. Untuk subsektor tanaman perkebunan, ini dipengaruhi oleh kenaikan di komoditas sawit dan karet. Bahkan di Sumatera Utara masih ada harga yang di bawah Rp 1.000 per kilogramnya. Ini dipengaruhi faktor tidak meratanya infrastruktur, khususnya untuk mengangkut hasil panen,” kata Ruli dalam keterangannya, Kamis (6/8/2020).
“Kalau untuk peternakan, ini bisa kita pahami karena memang dipengaruhi oleh momentum Idul Adha di bulan Juli,” tambahnya.
Kendati secara total NTP Juli 2020 mengalami kenaikan, terdapat NTP di beberapa subsektor yang mengalami penurunan.
Subsektor tanaman pangan misalnya, mengalami penurunan sebesar 0,25 persen dan subsektor hortikultura mengalami penurunan sebesar 0,74 persen.
“Saat ini di beberapa daerah memang sedang panen raya, ini yang menyebabkan subsektor tanaman pangan, seperti gabah, beras, jagung, dan ketela yang mengalami penurunan," ucapnya.
Menurut Agus Ruli, persoalan rendahnya harga di tingkat petani ketika musim panen merupakan masalah klasik yang seharusnya bisa dihindari.
“Permasalahan ini sudah kerap kali terjadi, karena kalau sedang musim panen, titik kritisnya pada tahap penyerapan dan distribusi. Ini yang harus dibenahi secara tuntas oleh pemerintah,” katanya.
Agus Ruli berpendapat pemerintah dapat menyerap hasil produksi petani dengan harga yang layak sehingga dapat mendongkrak NTP petani, khususnya di subsektor tanaman pangan dan hortikultura yang mengalami penurunan.
“Momen panen raya di beberapa daerah ini harus dimanfaatkan oleh pemerintah untuk memaksimalkan penyerapan produksi petani. Pemerintah dapat mendorong apakah itu Bulog atau juga koperasi-koperasi pangan milik petani untuk membantu menyerap hasil panen saat ini,” tuntasnya.