Pertamina Rugi di Semester I 2020, Ini Tanggapan Anggota Komisi VII DPR
Anggota Komisi VII DPR RI Maman Abdurrahman menilai wajar jika Pertamina mengalami kerugian Rp 11, 4 triliun pada semester pertama 2020.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Sanusi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Malvyandie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Maman Abdurrahman menilai wajar jika Pertamina mengalami kerugian Rp 11, 4 triliun pada semester pertama 2020.
Ia mengatakan, tak hanya perusahaan migas dalam negeri, sejumlah perusahaan migas milik asing mengalami nasib serupa.
“Wajar, ini kondisi luar biasa. Tidak hanya Pertamina yang terdampak, major global oil companies lain bahkan mengalami kerugian yang lebih besar lagi,” kata Maman dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (25/10/2020) kemarin.
Baca: Pertamina dan Chandra Asri Teken Perjanjian Kerja Sama Pengembangan Bisnis Petrokimia Nasional
Baca: Pertamina Alami Kerugian, Politikus PKS: Waktu Itu Ahok Bilang, Merem Saja Pertamina Sudah Untung
Mengutip Forbes Middle East, sejumlah perusahaan minyak asing, kecuali Saudi Aramco, memang mengalami kerugian signfikan selama semester I 2020 ini.
Exxon Mobile misalnya, mengalami penurunan senilai Rp 19,134 triliun, British Petroleum (BP) Rp98,011 triliun, Total Rp 122,879 triliun, dan Shell Rp 269,165 triliun.
Politisi asal Partai Golkar ini justru memberikan apresiasi kepada Pertamina yang tetap beroperasi dan melayani konsumen dalam negeri di tengah krisis akibat pandemi COVID-19.
Ia menilai perusahaan migas BUMN ini telah berhasil menjalankan program-programnya, baik dari sektor hulu sampai dengan pendistribusian BBM dan LPG ke pelosok Tanah Air.
“Pertamina telah berhasil menjalankan peran menggerakkan ekonomi secara keseluruhan dan tetap menjalankan projek yang menyerap banyak tenaga kerja,” kata Maman.
Pertamina mencatatkan rugi bersih sebesar 767,92 juta dolar AS atau sekitar Rp 11,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.800/dolar) pada semester I 2020.
Mengutip laporan keuangan Pertamina semester I 2020 Senin (24/8), rugi bersih turun karena dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Salah satunya yaitu penurunan tajam demand BBM sepanjang pandemi sehingga pendapatan anjlok 19,81 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari 24,54 miliar dolar AS pada semester I tahun lalu menjadi 20,48 miliar dolar AS, juga pergerakan nilai tukar dolar yang cukup signifikan sehingga Pertamina mengalami kerugian kurs mencapai 211 juta dolar AS.