Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Anggota Komisi VI: Selain Harga Minyak Dunia, Banyak Faktor yang Sebabkan Pertamina Merugi

terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing secara langsung berdampak terhadap niai impor minyak mentah

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Sanusi
zoom-in Anggota Komisi VI: Selain Harga Minyak Dunia, Banyak Faktor yang Sebabkan Pertamina Merugi
TRIBUNNEWS/IGMAN IBRAHIM
Herman Khaeron 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron mengatakan, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi kinerja Pertamina, termasuk ketika BUMN tersebut merugi.

Di antaranya, harga minyak dunia, nilai tukar, hingga turunnya permintaan.

Ia menerangkan, terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing secara langsung berdampak terhadap niai impor minyak mentah (crued oil) untuk konsumsi dalam negeri.

Baca: Pertamina Selesaikan Pemboran Pengembangan Fase 4 di Blok Algeria

Baca: Pameran Virtual UMKM Terbesar, Pertamina Hadirkan Ratusan Mitra Binaan

“Pertamina hanya bisa memenuhi 400-500 ribu barel per hari. Sedangkan sisanya dari total komsumsi sebesar 1,6 juta barel per hari masih mengandalkan dari impor,” kata Herman ketika dimintai komentarnya oleh wartawan melalui sambungan telepon, Jumat (28/8/2020) kemarin.

Faktor lainnya, penurunan komsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai akibat terjadinya pandemi Virus Covid-19.

Menurut Herman, kondisi ini ikut menekan pendapatan Pertamina. Tak hanya disektor hulu, di sektor hilir ikut merasakan dampak dari pandemi ini.

“Pandemi ini otomatis menyebabkan demand mengalami penurunan. Tak hanya bagi komsumsi masyarakat, bagi kebutuhan industri dan maskapai penerbangan ikut menurun signifikan,” jelas Herman.

Berita Rekomendasi

Ia melanjutkan, penugasan pemerintah guna meningkatkan produksi melalui pembangunan kilang guna mengejar target lifting migas pemerintah ikut mempengaruhi pendapatan perusahaan plat merah ini.

Pertamina tengah mengembangkan kapasitas empat kilang di Balongan, Cilacap, Balikpapan, dan Dumai serta membangun kilang baru di Tuban dan Bantul.

Proyek ini diharapkan selesai 2026 agar bisa mengurangi impor minyak yang menjadi sumber defisit neraca perdagangan.

Menghadapi situasi seperti ini, sambung dia, diharapkan Pertamina bisa lebih efisien. Hal ini penting dilakukan agar kebutuhan migas bagi masyarakat bisa terpenuhi dengan baik.

Di sisi lain, Herman memberikan apresiasi terhadap Pertamina yang tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap seluruh pegawainya. Kondisi ini berbeda dengan sejumlah perusahaan atau BUMN yang mengurangi pegawainya karena pandemi Covid-19.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas