Selain Resesi Ekonomi, Faisal Basri Tegaskan RI Harus Antisipasi Defisit Energi
Faisal Basri mengatakan Indonesia tidak hanya sekadar menghadapi ancaman resesi ekonomi tapi juga defisit energi tahun 2021.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Senior Faisal Basri mengatakan Indonesia tidak hanya sekadar menghadapi ancaman resesi ekonomi tapi juga defisit energi tahun 2021.
Menurutnya, konsumsi energi terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk, namun tidak didukung cadangan energi.
"Cadangan migas RI hanya 2,5 miliar barel, konsumsi minyak mencapai 1,7 juta barel per hari sedangkan produksi hanya 781 ribu barel per hari. Batu bara RI hanya 3,7 persen dari cadangan dunia, tapi ekspor terbesar dari kita, batu bara diekspor habis-habisan," kata Faisal dalam webinar, Sabtu (29/8/2020).
Baca: SKK Migas Minta Pertamina EP Tingkatkan Produksi
Baca: PGN Komitmen Bangun Infrastruktur Baru untuk Mendorong Bauran Energi Nasional
Faisal memprediksi pada 2040 defisit energi diperkirakan bisa mencapai 80 miliar dolar AS.
Dia menegaskan bauran energi juga belum optimal meskipun punya unlimited renewable energy tetap tidak boleh sedikitpun lengah untuk migas.
Menurutnya, biofuel sesungguhnya renewable energy yang tidak ramah lingkungan.
"Kalau program biofuel ini diteruskan kita akan butuh paling tidak enam juta hektare lahan lagi untuk tanaman sawit, itu kan tidak bersahabat. Seharusnya kita move forward melakukan terobosan dari energi yang tidak ramah lingkungan menjadi ramah lingkungan," ulasnya.
Walhasil, Faisal menekankan perlunya pemerintah mengubah model bisnis tidak seperti biasanya.
Plt Dirjen ESDM Migas Ego Syahrial menyatakan bauran energi saat ini sebanyak 34 persen migas dengan kebutuhan 1,45 juta barel sehari.
Dia bilang, pada 2025 migas akan turun menjadi 25 persen di bauran energi.
"Cadangan minyak RI hanya 2,5 miliar barel atau 8 tahun lagi atau hanya 0,2 persen dunia. Kemudian cadangan gas 1,53 persen dunia," papar Ego.