Hipmi: Permintaan Pasar Domestik Bisa Percepat Pemulihan Ekonomi Indonesia
Penduduk Indonesia merupakan yang terbanyak kempat di dunia dan ini merupakan lokal domestik demand
Penulis: Hari Darmawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menilai, Indonesia memiliki potensi bangkit secara ekonomi pasca Covid-19 nomor dua setelah Cina.
Menurut Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan Badan Pengurus Pusat Hipmi Ajib Hamdani, hal tersebut bisa saja terjadi karena lokal domestik demand Indonesia sangatlah besar.
"Pada April-Mei 2020, Morgan Stanley merilis sebuah pernyataan Indonesia bisa bangkit secara ekonomi nomor dua setelah Cina dapat terwujud," ucap Ajib dalam diskusi virtual, Rabu (2/9/2020).
Baca: Menparekraf: Destinasi Wisata Bali Bisa Pulihkan Industri Pariwisata Indonesia
Hamdani menyebutkan, penduduk Indonesia merupakan yang terbanyak kempat di dunia dan ini merupakan lokal domestik demand yang tinggi.
Lanjut Hamdani, lokal domestik demand ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong pemulihan ekonomi Indonesia yang sedang alami masa sulit.
"Lokal domestik demand ini adalah masyarakat Indonesia. Maka dari itu, bila pemerintah dapat membangun regulasi, infrastruktur dan ekosistem bisnis yang baik maka kesejahteraan masyarakat bisa meningkat dengan cepat," ucap Hamdani.
Baca: Dukung Pertumbuhan UMKM, Pertamina Jalin Kolaborasi dengan Agen GrabKios
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat, lanjut Hamdani, dapat membuat rebound ekonomi Indonesia menjadi lebih cepat untuk pulih di tengah pandemi ini.
Tetapi Hamdani juga menyebutkan, saat ini terdapat persoalan yang menghambat percepatan pemulihan ekonomi Indonesia.
"Salah satu hambatan seperti pengangguran dan kesenjangan atau gini ratio yang ada di Indonesia," ucap Hamdani.
Baca: Dialog Tripartit BKSP: Perkuat UMKM Untuk Antisipasi Ancaman Resesi
Pengangguran ini, menurut Hamdani, menjadi masalah serius karena menimbulkan kesenjangan ekonomi di masyarakat.
"Hal yang menjadi masalah lagi, dunia pendidikan tidak matching dengan industri maka akan menimbulkan pengangguran baru. Maka dari itu perlu adanya regulasi dan ekosistem bisnis untuk menanggulangi hal ini," kata Hamdani.