Kemenperin Membidik Utilisasi Sektor Manufaktur Bisa Mencapai 60 Persen Pada Akhir 2020
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pada 2021 utilisasi akan digenjot hingga 75 persen dan terus dipacu hingga 85 persen di 2020.
Penulis: Hari Darmawan
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membidik utilisasi sektor manufaktur secara keseluruhan, bisa mencapai 60 persen di akhir 2020.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pada 2021 utilisasi akan digenjot hingga 75 persen dan terus dipacu hingga 85 persen di 2022.
Ia menyebutkan, sebelum adanya Covid-19 utilisasi industri di Indonesia mencapai 75 persen.
Saat ini utilisasi sudah mulai pulih dengan tingkat utilisasi mencapai 52 persen.
"Tingkat utilisasi 52 persen ini, berkat kinerja gemilang dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia di bulan Agustus, yang berada pada level 50,8 atau menandakan sedang ekspansif,” sebutnya," ucap Agus, Sabtu (26/9/2020).
Baca: Kemenperin Inisiasi Pemulihan Ekonomi Melalui Peningkatan Mutu Produk IKM
Efek positif dari peningkatan utilisasi itu, lanjut Agus, antara lain penyerapan tenaga kerja yang terdampak PHK, peningkatan kemampuan belanja dalam negeri, dan peningkatan pasar ekspor.
Selain itu Kemenperin juga mencatat, rencana sejumlah investasi sektor manufaktur pada periode 2019-2023 yang sudah terdaftar di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
"Total nilai investasi pada sektor manufaktur ini menembus angka Rp 1,04 triliun dari 12 perusahaan," ujar Agus.
Agus juga menyebutkan, investasi ini meliputi beberapa sektor seperti industri permesinan dan alat mesin pertanian, industri kimia hulu, industri kimia hilir dan farmasi, industri logam (non-smelter), industri smelter, industri elektronika dan telematika serta industri makanan hasil laut dan perikanan.
"Kemudian termasuk juga industri minuman, tembakau dan bahan penyegar, industri tekstil, kulit dan alas kaki, industri alat transportasi (otomotif, industri bahan galian non logam, serta industri hasil hutan dan perkebunan," jelas Agus.
Baca: Kemenperin Usul soal Relaksasi Pajak Mobil Baru, Ini Respons Astra Daihatsu Motor
Agus menegaskan, pihaknya siap untuk mengawal realisasi investasi ini, karena tentunya akan sangat membantu pada program substitusi impor.
Ia mengatakan, telah menghitung jumlah investasi yang dibutuhkan untuk mengalihkan 35 persen impor barang input sektor manufaktur ke produksi dalam negeri.
“Total kebutuhan investasinya sebesar Rp 197 triliun, kemudian nilai target produksi Rp 142 triliun dan biaya investasi Rp 55 triliun," ungkap Agus.
Baca: Cara Cek IMEI Saat Beli HP Baru, Bisa Lewat Kemenperin di imei.kemenperin.go.id
Lebih lanjut ia juga menjabarkan, target produksi ini adalah untuk struktur biaya di luar proses produksi, seperti perizinan, pengadaan lahan dan lainnya.
Apabila investasi itu terealisasi, akan tercipta sebanyak 397.000 peluang kerja tambahan.
"Kami bertekad untuk menjaga aktivitas sektor industri di tengah masa pandemi saat ini, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat dan disiplin,” tandasnya.
Sebab menurut Agus, industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.