Ekonomi Mulai Pulih dari Badai Virus Corona, Ekspor-Impor China Tembus Rekor Tertinggi
Kegiatan ekspor China mencatat kinerja terkuat selama lebih dari setahun, begitu pula impor yang melonjak pada laju tercepat.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Perekonomian China terus mengalami pemulihan sejak bulan lalu, kegiatan ekspor impor pun mencapai rekor tertinggi sejak dimulainya pandemi virus corona (Covid-19).
Kegiatan ekspor China mencatat kinerja terkuat selama lebih dari setahun, begitu pula impor yang melonjak pada laju tercepat.
Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (14/10/2020), data bea cukai yang dirilis pada Selasa kemarin menunjukkan bahwa kegiatan ekspor sejalan dengan ekspektasi pasar karena mengalami lonjakan 9,9 persen pada bulan lalu dibandingkan tahun sebelumnya.
Periode September pun menandai bulan keempat pertumbuhan ekspor China secara berturut-turut.
Pertumbuhan ini didukung oleh dibukanya kembali ekonomi global serta melonjaknya permintaan untuk perangkat medis dan elektronik.
Baca juga: Mantan Menkeu Prediksi Perekonomian Belum Pulih Pada 2021, Ini Penjelasannya
Sementara kegiatan impor negara ini juga turut mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun dan melonjak hingga 13,2 persen pada bulan lalu.
Angka ini tentu saja melampaui ekspektasi para Ekonom yang memprediksi kenaikan hanya mencapai 0,3 hingga 0,4 persen.
Baca juga: Menko Airlangga: Realisasi Anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional Capai 47,75 Persen
Pada Agustus lalu, kegiatan impor China berkontraksi 2,1 persen dan berada di wilayah negatif selama bulan sebelumnya.
"Ekspor dan impor China secara konsisten mengalahkan ekspektasi pasar. Perdagangan pada bulan September mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya," kata Ekonom Wang Dan dari Hang Seng Bank China.
Lonjakan kegiatan impor ini sebagian dipengaruhi adanya peningkatan pembelian terhadap produk makanan, termasuk daging, biji-bijian dan kedelai.
Impor pangan ini dilakukan karena sektor pertanian China mengalami kerugian akibat bencana banjir dan kondisi cuaca buruk.
Sementara itu, apresiasi terhadap yuan baru-baru ini juga disebut dapat membantu meningkatkan impor.
"Dalam beberapa bulan mendatang, kami memprediksi kekuatan ekspor akan bertahan dan impor juga dapat terus berkembang di belakang pemulihan berkelanjutan dalam aktivitas domestik," kata Ekonom Goldman Sachs kepada kliennya dalam sebuah catatan pada Selasa kemarin.
Perlu diketahui, menurut data bea cukai resmi negara itu, perdagangan luar negeri China mengalami peningkatan dengan raihan total 0,7 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dalam tiga kuartal pertama tahun 2020, dengan ekspor tumbuh sebesar 1,8 persen dan dan impor turun 0,6 persen dalam mata uang yuan.
Data statistik menunjukkan bahwa China mempercepat impor dari Amerika Serikat (AS), yang mengalami lonjakan pada September jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Hal ini memungkinkan surplus perdagangan dengan AS menyempit lebih dari 3 miliar dolar AS dalam waktu satu bulan menjadi 30,75 miliar dolar AS pada bulan September.
Namun masih mengalami kenaikan hampir 19 persen secara tahunan.
Angka-angka tersebut pun kini diawasi secara ketat, karena China diprediksi akan meningkatkan pembelian barang-barang asal AS secara signifikan berdasarkan kesepakatan perdagangannya dengan negara itu.
Kendati demikian, muncul pula kekhawatiran bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia ini tidak akan bisa menahan posisi 'tawar menawar' dengan AS.
Ini tentu saja akan mengarah pada eskalasi lebih lanjut dari perang dagang antara AS dan China.