Ekonomi Global Diprediksi Merugi 28 Triliun Dolar AS Akibat Pandemi
IMF menyatakan, dunia berisiko mengalami penurunan angka investasi, perdagangan dan pekerjaan secara signifikan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - International Monetary Fund (IMF) mengatakan angka keluaran tahun ini akibat dampak pandemi virus corona (Covid-19) akan mengingatkan pada Depresi Besar pada 1930-an silam.
Menurut lembaga ini, dunia berisiko mengalami penurunan angka investasi, perdagangan dan pekerjaan secara signifikan.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (16/10/2020), Pakar ekonomi IMF, Gita Gopinath mengatakan pada pekan ini bahwa kerugian kumulatif dalam output relatif terhadap jalur proyeksi pra-pandemi diproyeksikan tumbuh dari 11 triliun dolar Amerika Serikat (AS) selama periode 2020 hingga 2021 menjadi 28 triliun selama 2020 hingga 2025.
"Ini merupakan kemunduran yang parah untuk peningkatan standar hidup rata-rata di semua kelompok negara," kata Gopinath.
Baca juga: IMF Revisi Prediksi Perekonomian RI Jatuh Hingga Minus 1,5 Persen, Tapi Ada Kabar Baiknya Juga
Terkait langkah dalam menghadapi dampak pandemi ini, IMF tidak hanya memuji bank sentral di seluruh dunia atas rencana stimulus untuk mengurangi dampak Covid-19 terhadap ekonomi dunia.
Namun juga memperingatkan bahwa penghapusan lebih awal dari paket dukungan ini dapat menjadi bencana bagi upaya pemulihan.
Baca juga: IMF: Pandemi Covid-19 Bikin Orang Miskin Makin Miskin, dan yang Kaya Makin Kaya
"Dukungan fiskal global yang cukup besar mendekati 12 triliun dolar AS dan pemotongan suku bunga yang ekstensif, suntikan likuiditas serta pembelian aset oleh bank sentral membantu menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian sekaligus mencegah bencana keuangan," tegas Gopinath.
Ia menyarankan bahwa kebijakan harus secara agresif berfokus pada pembatasan kerusakan ekonomi dari krisis ini.
"Sebagian besar ekonomi akan mengalami kerusakan permanen pada potensi pasokan, mencerminkan luka dari resesi yang dalam tahun ini," jelas Gopinath.
Sebelumnya, Bank Dunia telah memperingatkan bahwa sekitar lebih 150 juta orang kemungkinan akan terkena dampak pandemi dan dibayangi kemiskinan ekstrem pada 2021.