Jelang Pilpres AS, Pompeo Temui Jokowi, Indef: Investor Justru Penasaran Jika Joe Biden Menang
Bhima Yudhistira mengatakan para investor belum bereaksi terkait lawatan yang dilakukan orang kepercayaan Trump itu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) dijadwalkan digelar pada 3 November 2020, sejumlah manuver politik pun dilancarkan untuk mempertahankan posisi Petahana Donald Trump sebagai Presiden AS.
Termasuk menegaskan kekuatan lobby politik AS untuk membuat gentar China yang selama ini menjadi rival utama AS.
Satu diantaranya melalui lawatan yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Mike Pompeo ke beberapa negara, termasuk Taiwan, India dan kini Indonesia.
Baca juga: Dubes Tiongkok Tuding Menlu AS Mike Pompeo Lakukan Provokasi Saat Kunjungannya ke Indonesia
Baca juga: Bertemu Mike Pompeo, Gus Yaqut Tegaskan Islam Tidak Identik dengan Kekerasan dan Teror
Namun seperti apa reaksi pasar dalam menanggapi jelang pemilu AS dan pertemuan antara Pompeo dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ?
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan para investor belum bereaksi terkait lawatan yang dilakukan orang kepercayaan Trump itu.
Menurutnya, saat ini merupakan momen kritis mendekati detik detik penentuan siapa yang akan menjadi Presiden AS selanjutnya, apakah petahana Trump atau pesaingnya dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden AS Joe Biden.
Baca juga: Pompeo Senang Datang Lagi ke Jakarta, Cari Cara Baru Kerjasama Terkait Laut China Selatan
"Tentu reaksinya masih sebatas wacana, karena AS sendiri mendekati momen kritis pemilu pada November ini," ujar Bhima, kepada Tribunnews, Jumat (30/10/2020) sore.
Bahkan kedatangan Pompeo ke Indonesia di tengah momen jelang pemilu AS ini disebut sebagai bentuk kekhawatiran AS jika Biden memenangkan Pemilu kali ini.
Hal itu karena tentunya kebijakan Biden sangat bertolak belakang dengan apa yang selama ini diterapkan Trump yang berasal dari partai Republik.
"Upaya Pompeo untuk mempengaruhi Indonesia dapat dibaca sebagai kekhawatiran perubahan arah politik AS jika Biden yang memenangkan pemilu," kata Bhima.
Di bawah kepemimpinan Trump, AS diketahui secara terbuka melakukan perang terhadap China.
Jika Biden memenangkan Pemilu kali ini, tentunya akan ada perubahan terkait kebijakan-kebijakan pemerintah AS yang dinilai proteksionis terhadap China.
"Selama ini AS cenderung menyerang China di bawah administrasi Trump. Namun, situasi bisa berbeda sekali apabila Joe Biden atau dari demokrat yang memenangkan kontes politik," jelas Bhima.
Saat Biden memenangkan pemilu, para investor tentunya akan memperhatikan perubahan kebijakannya.
Sehingga momentum yang ditunggu investor saat ini adalah jika Biden berhasil memenangkan suara rakyat Amerika, bagaimana kebijakan AS selanjutnya.
"Pengusaha akan benar-benar memperhatikan kebijakan AS di Indonesia paska pemilu, jadi sekarang sekadar wait and see saja," pungkas Bhima.