Indonesia Resesi, Chatib Basri Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Akan Positif di Kuartal I 2021
Ekonom senior Chatib Basri mengatakan pertumbuhan ekonomi sudah mulai turn around, meskipun Indonesia mengalami resesi.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Lalu banyak bisnis terpaksa harus gulung tikar. Resesi teranyar, di antaranya pernah terjadi di sebagian negara Eropa dalam rentan waktu tahun 2008-2009. Di mana situasi sulit ini juga sempat membuat ekonomi Indonesia melemah.
Negara tetangga, Thailand, juga sempat mengalami resesi ekonomi pada tahun 2010 saat PDB-nya terus merosot. Indonesia sendiri sempat mengalami resesi cukup parah pada tahun 1998.
Banyak resesi global juga terjadi karena faktor eksternal yang berada di luar kendali seperti dinamika global perang dagang China dan Amerika Serikat (AS). Kondisi-kondisi yang bisa mengukur apakah bisa terjadi resesi 2020 atau resesi ekonomi 2020.
Tidak Perlu Panik
Direktur Riset CORE (Center of Reform on Economics) Piter Abdullah memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan kuartal IV juga kemungkinan masih mengalami minus.
"Apabila perkiraan ini benar-benar terjadi, maka Indonesia pada bulan Oktober nanti akan secara resmi dinyatakan resesi," kata Piter beberapa waktu lalu
Menurutnya, pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi dipastikan negatif.
Piter menegaskan resesi menjadi sebuah kenormalan baru, saat ini semua negara diyakini tinggal menunggu waktunya saja untuk menyatakan secara resmi sudah mengalami resesi.
"Semua negara berpotensi mengalami resesi. Perbedaannya hanya masalah kedalaman dan kecepatan recovery. Negara-negara yang bergantung kepada ekspor, kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi sangat tinggi akan mengalami double hit, sehingga kontraksi ekonomi akan jauh lebih dalam," terangnya.
Piter mengimbau jika resesi benar terjadi masyarakat jangan panik.
Dia bilang yang lebih penting bagaimana dunia usaha bisa bertahan di tengah resesi.
Respons Menkeu Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan perekonomian Indonesia pada kuartal III-2020 tumbuh -3,49 persen secara year on year (yoy). Pertumbuhan tersebut dinilai lebih baik dibandingkan dengan kuartal II-2020 yang tumbuh -5,32 persen.
Sri Mulyani menjelaskan, pertumbuhan kuartal III yang lebih baik ini ditunjukan karena adanya proses perbaikan ekonomi atau pembalikan arah (turning point) dari aktivitas ekonomi nasional.
“Hal ini menunjukan adanya perbaikan dari aktivitas-aktivitas ekonomi nasional. Seluruh komponen pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pengeluaran dan produksi mengalami peningkatan,” jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers secara daring, Kamis (5/11).
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan perbaikan kinerja perekonomian didorong juga oleh peran stimulus fiskal atau dari instrumen APBN dalam penanganan pandemi Covid-19 lewat program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Sri Mulyani juga bilang, penyerapan belanja negara mengalami peningkatan pada kuartal III. Hal ini tercatat dari belanja negara yang tumbuh 15,5 persen terutama ditopang oleh realisasi bantuan sosial dan dukungan untuk dunia usaha terutama UMKM.
“Rilis BPS juga menunjukan bahwa realisasi percepatan belanja negara meningkat pesat pada kuartal III, sehingga membantu peningkatan dari pertumbuhan konsumsi pemerintah yang tumbuh 9,8 persen yoy,” ujar Menkeu.
Pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 9,8 persen yoy juga meningkat tajam apabila dibandingkan dengan kuartal II-2020 yang tumbuh -6,9 persen. Pertumbuhan ini mengalami turning point hingga 17 persen.
Sumber:
Kata Sri Mulyani setelah ekonomi Indonesia resmi masuk resesi
Apa itu resesi ekonomi dan dampaknya yang resmi dialami Indonesia?
BREAKING NEWS: Resmi Resesi, Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III 2020 Minus 3,49 Persen