Faktor Resesi Tahun Ini Dibanding 1998 Berbeda, Ekonom UI: Tak Selamanya Resesi Berujung Krisis
Ekonom UI Fithra Faisal Hastiadi menerangkan penyebab terjadi resesi tahun ini tidak sama dengan resesi tahun 1998
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menerangkan penyebab terjadi resesi tahun ini tidak sama dengan resesi tahun 1998.
Menurutnya, resesi itu biasanya mendahului krisis, tetapi tidak selamanya resesi itu akhirnya akan berujung krisis.
"Saat krisis moneter 1998 ekonomi kita sangat rapuh dari sisi makroprudensial, dari sisi penjagaan sektor moneter, keleluasaan dan juga kapasitas fiskal kita terbatas," ucap Faisal dalam diskusi virtual, Sabtu (7/11/2020).
Dia mengatakan pada 1998 ekonomi RI terkontraksi sampai minus 13 persen.
Detailnya, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi hingga 4,47 persen pada kuartal I 1998.
Kemudian berlanjut bahkan semakin dalam yakni 13,47 persen pada kuartal II 1998.
Namun faktor penyebabnya sangat jauh berbeda sekali dengan resesi sekarang yakni dampak dari pandemi Covid-19.
"Memasuki tahun 2020 angka PMI kita Januari-Februari itu sudah diatas 51 persen. Itu artinya industri kita sudah masuk wilayah ekspansi. Tetapi harus jatuh di bulan ketiga yang memang ini adalah exogenous shock," ucap Faisal.
"Ada faktor eksternal yang bermain, ini tidak terjadi kepada Indonesia saja, sehingga sifatnya homogen tekanannya," tambahnya.
Faisal menambahkan yang membuat Indonesia dapat pulih karena domestic policy.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi RI yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) terkontraksi minus 3,49 persen di kuartal III 2020 (year-on-year/yoy).
Chatib Basri Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Akan Positif di Kuartal I 2021
Ekonom senior Chatib Basri mengatakan pertumbuhan ekonomi sudah mulai turn around, meskipun Indonesia mengalami resesi.