Faktor Resesi Tahun Ini Dibanding 1998 Berbeda, Ekonom UI: Tak Selamanya Resesi Berujung Krisis
Ekonom UI Fithra Faisal Hastiadi menerangkan penyebab terjadi resesi tahun ini tidak sama dengan resesi tahun 1998
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Para ahli juga menyatakan resesi ekonomi terjadi ketika suatu negara mengalami Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, adanya kenaikan tingkat pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan terjadinya kontraksi di pendapatan manufaktur untuk periode waktu yang panjang.
Resesi dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis atau dalam ekonomi suatu negara.
Sedangkan Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) otoritas yang dipercaya menentukan mulai dan berakhirnya resesi di AS mengartikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung lebih dari beberapa bulan.
Biasanya terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan ritel.
Penyebab resesi ekonomi
Ada beberapa yang menyebabkan resesi, mulai dari goncangan ekonomi secara tiba-tiba hingga dampak dari inflasi yang tidak terkendali. Berikut beberapa penyebab resesi:
1. Guncangan ekonomi yang tiba-tiba
Wabah virus corona yang memukul sektor ekonomi di seluruh dunia, adalah contoh yang lebih baru dari goncangan ekonomi yang tiba-tiba. Contoh lain, pada 1970-an, OPEC memutus pasokan minyak ke AS tanpa peringatan, menyebabkan resesi, belum lagi adanya antrean tak berujung di pompa bensin.
2. Utang yang berlebihan
Ketika individu atau dunia usaha mengambil terlalu banyak utang, mereka bisa terjebak ke gagal bayar utang. Terjadinya gagal bayar ini lah yang membuat kebangkrutan dan membalikkan perekonomian.
Baca Juga: Harga minyak mentah ambles 1,6% setelah Partai Republik kembali kuasai Senat AS
3. Gelembung aset
Investasi berlebihan di pasar saham atau real estate diibaratkan seperti gelembung yang bisa membesar. Ketika gelembung meletus, terjadi penjualan dadakan yang dapat menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi.
4. Terlalu banyak inflasi