Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

IHSG Menguat Sambut Kemenangan Biden, tapi Rawan Aksi Jual Pekan Depan

Potensi sengketa politik di AS juga membawa peluang pelaku pasar melakukan aksi ambil untung

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in IHSG Menguat Sambut Kemenangan Biden, tapi Rawan Aksi Jual Pekan Depan
Tribunnews/Jeprima
Karyawan beraktivitas di antara layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, Jumat (25/9/2020). IHSG berhasil bangkit setelah empat hari beruntun berada pada zona merah. IHSG ditutup menguat 103,03 poin atau 2,13 persen ke posisi 4.945,79. Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat pasar modal Hans Kwee mengatakan, pasar saham dunia, termasuk Indonesia di awal pekan ini mungkin menguat menyambut kemenangan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

Hans memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rawan terkena aksi jual atau ambil untung pada pekan depan.

"Tetapi, sesudah penguatan, sangat rawan mengalami aksi profit taking akibat kenaikan yang banyak pada pekan ini," ujarnya, Minggu (8/11/2020).

Selain itu, dia menjelaskan, potensi sengketa politik di AS juga membawa peluang pelaku pasar melakukan aksi ambil untung. 

"Karena itu, IHSG diprediksi bergerak di level resistance 5.381 sampai 5.500 dan support di level 5.246 sampai 5.161," kata Hans.

Baca juga: Cuan di Tengah Pilpres AS, IHSG Melesat 4 Persen Sepekan

Baca juga: Tembakannya saat Hendak Ditangkap Mengenai Seorang Bocah, Bandar Narkoba Ini Tewas Ditembak Polisi

Baca juga: Upaya Dosen Keperawatan UBK Antisipasi Kasus Baru Covid-19 di Pondok Pesantren di Bandung

Sementara dari dalam negeri, ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 resmi mengalami resesi dengan tumbuh negatif 3,49 persen. Tetapi menurutnya pertumbuhan ini lebih baik dari negative 5,32 persen pada kuartal II dan lebih baik dari banyak negara lain di dunia. 

Berita Rekomendasi

Di sisi lain, hasil pemilu AS membuat mata uang yang paling volatil terhadap dolar AS yakni yen, rupiah dan won mengalami penguatan.

"Potensi dana asing akan kembali masuk ke emerging market.

Obligasi pemerintah Indonesia juga berpotensi mendapatkan sentimen positif karena nilai tukar rupiah yang dianggap undervalued, biaya lindung nilai yang relatif rendah, dan yield US Treasury masih akan tetap rendah," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas