Ajak Manfaatkan IoT, Kementan: Tinggalkan Mindset Kalau Petani Kotor dan Tidak Ada Untung
Dedi Nursyamsi memandang bisnis di sektor pertanian pada masa depan akan semakin menjanjikan, seiring berkembangnya teknologi di era disrupsi digital
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi memandang bisnis di sektor pertanian pada masa depan akan semakin menjanjikan, seiring berkembangnya teknologi di era disrupsi digital dan revolusi industri 4.0.
Ia mengakui bahwa selama ini pekerjaan bertani memang dianggap sebagai hal yang tidak banyak menghasilkan keuntungan.
Selain itu, 'terjun ke sawah' untuk memantau langsung apa yang ditanam para petani, turut identik dengan pekerjaan yang kotor.
Baca juga: Selama Pandemi, Kementan Pastikan Ketersediaan Pangan Aman Hingga Awal Tahun 2021
Namun ia menegaskan bahwa pola pikir seperti itu harus ditinggalkan karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan era saat ini.
Seperti yang disampaikannya dalam dialog nasional bertajuk 'Petani Milenial: Sukses di Kala Pandemi' yang digelar secara virtual, Senin (23/11/2020).
"Mindset bahwa petani kotor, tidak ada untung, itu harus ditinggalkan," ujar Dedi.
Menurutnya, di era disrupsi digital, sudah ada teknologi Internet of Things (IoT) yang bisa dimanfaatkan dalam segala sektor, termasuk pertanian.
Melalui aplikasi yang ada pada ponsel pintar, pemantauan lahan pun bisa dilakukan karena di era digitalisasi ini 'semua dalam genggaman'.
"Karena caranya sudah berubah, manajemen sudah berubah, ada IoT yang dimaksimalkan, sehingga hanya perlu memantau lahan dari android," kata Dedi.
Sementara itu, Ketua Duta Petani Milenial Sandi Octa Susila mengatakan pemanfaatan aplikasi untuk memantau pengelolaan lahan pun telah dilakukan.
Ia pun membandingkan apa yang ia lakukan dalam memantau lahan, baik dulu maupun sekarang.
"Kalau dulu, saya ke lahan 8 hektare harus keliling melihat situasi. (Namun) saat ini dalam satu dashboard semua terdata, citra satelit yang melaporkan semua melalui petugas lapangan," kata Sandi.
Saat ini permasalahannya, jumlah petani milenial yang dianggap mampu untuk mengaplikasikan teknologi dalam bisnis pertanian, hanya sekitar 30 persen.
Selain itu, masalah lainnya adalah masih banyak petani yang masuk kategori petani kolonial karena berusia tua yakni berjumlah sekitar 3,3 juta.
Para petani kolonial ini dianggap kurang bisa menerapkan teknologi pada kegiatan pertanian karena sudah terbiasa menggunakan alat mesin pertanian (alsintan).