AS Tambah Dua Perusahaan China dalam Daftar Hitam, Salah Satunya CNOOC, Beijing Meradang
China menentang keras aksi Pemerintah Amerika Serikat yang akan menambah dua lagi perusahaan asal China masuk dalam daftar hitam AS.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Kementerian Luar Negeri China menentang keras aksi Pemerintah Amerika Serikat yang akan menambah dua lagi perusahaan asal China masuk dalam daftar hitam perdagangan internasional oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS).
Kecaman tersebut disampaikan di tengah laporan AS yang berencana menambahkan dua perusahaan China ke daftar hitam negara itu.
Sebelumnya, media setempat melaporkan, Pemerintahan Presiden AS Donald Trump akan memasukkan dua produsen chip asal China dalam daftar perusahaan yang diduga memiliki hubungan dengan militer China.
Baca juga: Inggris Larang Perusahaan Telekomunikasi Pasang Peralatan Huawei di Jaringan 5G Pada 2021
Dua perusahaan yang dibidik itu adalah Semiconductor Manufacturing International Corp dan China National Offshore Oil Corp.
Baca juga: Huawei Akhirnya Jual Merek Smartphone Honor karena Tekanan Amerika Serikat
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (30/11/2020), Kemlu China berharap AS tidak membangun kembali hambatan kerja sama antara kedua negara.
Donald Trump memang sebelumnya telah menandatangani perintah eksekutif yang melarang warga dan perusahaan AS membeli penunjang sekuritas dari perusahaan China.
Karena, AS meyakini alat tersebut terhubung dengan militer China. Kebijakan itu pun mulai efektif diberlakukan pada 11 Januari 2021.
China mengkritik langkah tersebut dan menyatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan kebenaran terkait dugaan yang dituduhkan AS.
AS dan China telah berselisih sejak 2017 lalu, saat Strategi Keamanan Nasional AS menggambarkan China sebagai ancaman utama bagi kepentingan AS dalam politik dunia.
Panasnya hubungan bilateral kedua negara semakin meningkat pada musim panas 2018.
Saat itu AS menaikkan bea masuk atas produk yang diimpor dari China senilai 50 miliar dolar AS dalam upaya untuk menyeimbangkan defisit perdagangan AS.
Sejak itu, kedua negara ini telah saling lempar 'perang tarif' dan mengobarkan konfrontasi ekonomi yang brutal.
Hal ini tentu saja berdampak pada hubungan diplomatik antara AS dan China, yang kemudian meruncing menjadi perang dagang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.