Ada Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Jawa-Bali, Apindo: Belum Tentu Kasus Positif Covid-19 Turun
kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa wilayah Jawa dan Bali Senin pekan depan akan bikin kerugian tambah besar
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyebutkan kebijakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di beberapa wilayah Jawa dan Bali Senin pekan depan akan bikin kerugian tambah besar karena belum tentu kasus positif Covid-19 turun.
Dewan Pertimbangan Apindo Christ Kanter mengatakan, pemerintah mengambil langkah itu memang untuk menekan kasus positif virus Covid-19 yang kian meningkat.
Baca juga: Menko Airlangga: BPOM Telah Kantongi Data Uji Klinis Hingga EUA Sinovac dari Turki dan Brazil
"Kerugian sudah pasti, tapi menurut saya pada masa sekarang di mana yang positif (Covid-19 sudah begitu tinggi dan persentase kasus positif dari jumlah tes di Indonesia jadi satu di antara yang tertinggi," ujarnya melalui pesan WhatsApp kepada Tribunnews, Jumat (8/1/2021).
Selain itu, Christ menjelaskan, apalagi semua rumah sakit juga sudah dalam kapasitas penuh, sehingga mau tidak mau harus ada kebijakan PSBB baru.
Baca juga: Airlangga Hartarto: Kita Tidak Lockdown, Hanya Pembatasan dan Bukan Pelarangan
Namun, dia mengungkapkan, sebenarnya lebih baik kebijakan penguncian aktivitas total atau lockdown dari Sabang hingga Merauke ketimbang PSBB Jawa-Bali.
"Penerapan lockdown harus total dan bukan parsial seperti yang sekarang berlaku karena kesehatan rakyat adalah prioritas tertinggi," katanya.
Sementara itu, meski lockdown dampaknya untuk ekonomi pastinya akan sangat menderita, tapi itu hanya di awal saja.
Dia menyarankan, pemerintah juga harus turun langsung memberikan bantuan sosial yang tepat sasaran selama periode lockdown, sehingga pemulihan ekonomi bisa seperti huruf V, bukan lambang Nike layaknya melalui kebijakan PSBB.
"Pemerintah harus fokus dalam bantuan di semua aspek, sekarang ini kan bocornya sangat besar, tapi apapun itu, kondisi rakyat yang terinfeksi sudah sangat tinggi. Contohnya di Amerika Serikat, kasus positif Covid-19 22 juta, tapi yang sudah di tes 265 juta orang atau 8,5 persen dari populasi, sementara kasus positif Covid-19 di Indonesia 797 ribu dari yang di tes 7,7 juta orang atau artinya 10,4 persen dan masalah yang paling darurat yakni semua rumah sakit dan ICU penuh," pungkas Christ.