Karbani Merugi Setelah Patok Harga Jual Kedelai Cukup Tinggi, Kehilangan 70 Persen Pembeli
Karbani yang berjualan kedelai sejak tahun 2001 mengakui bahwa tokonya kini mematok harga yang cukup tinggi.
Editor: Dewi Agustina
Namun demikian toko Abu tidak menaikkan harga tempe. Hanya saja ukuran tempe yang dijual Abu diperkecil.
Abu menceritakan, selama ini tokonya memproduksi tahu dan tempe menggunakan kedelai impor.
Mayoritas perajin tahu dan tempe di Pasar Kopti menggunakan kedelai impor.
"Mayoritas di sini produksinya pakai kedelai impor, 99 persen karena ketersediaan/pemasok kedelai lokal tidak ada. Harga jual tahu lokal dan impor beda," kata Abu.
"Kita mengikuti harga kedelai saja, kalau misal dia lagi naik, harga tahu juga naik," sambung dia.
Kemarin Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) bersama Pangdam Jaya, Mayjen TNI Dudung Abdurachman memulai gerakan stabilisasi pasokan dan harga pasar kedelai di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat.
Baca juga: Genjot Produktivitas IKM Tahu dan Tempe, Kemenperin Siap Fasilitasi Mesin dan Gelar Pelatihan
Gerakan stabilisasi ini menggandeng dua asosiasi importir kedelai, Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) serta Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo).Kementan bersama Gakoptindo dan Akindo menetapkan harga kedelai impor dalam 100 hari ke depan berada di level Rp 8.500 per kg.
Penetapan harga kedelai itu telah disepakati oleh importir, penjual kedelai dan para perajin tahu dan tempe.
Mentan SYL menjelaskan konsumsi kedelai impor cukup tinggi karena harganya jauh lebih murah dibandingkan kedelai lokal.
Saat ini kenaikan harga terjadi secara global dan menimbulkan kendala di pasar lokal.
"Kontraksi pada kedelai terjadi secara global. Selama ini tempe tahu yang kita konsumsi banyak menggunakan kedelai impor karena harganya lebih murah. Pasokan kita aman, namun memang harga naik karena negara produsen mengalami kendala," ucap Syahrul Yasin Limpo.
Ada tiga agenda besar Kementan untuk menjaga pasokan dan stabilitas harga kedelai dalam negeri.
"Pertama agenda SOS yakni stabilisasi harga, pasokan tidak boleh ada yang terganggu sehingga ketersedian harus dipastikan aman. Harga tidak boleh terlalu turun dan tidak boleh terlalu naik, khawatirnya konstraksi ini hanya sementara," ujarnya.
Agenda SOS menjadi agenda 100 hari. Kedua, agenda temporary atau sementara yakni dalam 200 hari kedepan produktivitas lokal harus ditingkatkan.