Kisah Randy Permana, Pernah Terlilit Utang Kini Sukses Kembangan Bisnis Kuliner dan Seluler
Randy mengalami rugi ratusan juta rupiah saat wabah virus melanda Indonesia pada awal Maret 2020
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sukses tidak pernah datang tiba-tiba. Ada proses jatuh-bangun yang harus dilewati agar diri tertempa menjadi wirausahawan tangguh.
Inilah yang terjadi pada Randy Permana, pengusaha muda asal Surabaya.
Upayanya merintis bisnis baru membuatnya nyaris bangkrut karena terlilit hutang.
Tanpa pantang menyerah, Randy kini sukses mengelola bisnis kuliner.
Dia juga meraih sukses di bisnis smartphone.
Randy mengalami rugi ratusan juta rupiah saat wabah virus melanda Indonesia pada awal Maret 2020.
Baca juga: Riset Membuktikan, Layanan Bayar Nanti Makin Diminati di Masa Pandemi
Randy Permana menceritakan, sebelum pandemi Covid-19 melanda, dia berbisnis agen travel pada 6 tahun lalu.
Bisnisnya melayani perjalanan wisata luar negeri dan domestik bahkan rombongan wisatawan yang ditanganinya juga cukup banyak.
Namun saat wabah virus Corona menyerang Indonesia. Ia merugi sekitar 200 juta rupiah karena harus mengembalikan uang pelanggan dari menjual aset dan meminjam dari bank.
Uang yang sudah dia terima dari pelanggan sudah terlanjur dia bayarkan kepada pihak travel.
"Saya berhutang bank karena untuk mengembalikan uang-uang dari peserta-peserta travel saya, agar mereka tidak rugi dan melihat saya orangnya bertanggung jawab, tapi mereka gak perlu tahu kalau saya berhutang bank," tuturnya.
Baca juga: Kirim Surat, Pemimpin Junta Militer Myanmar Minta Dukungan Thailand
Dengan sikap seperti itu, maka pelanggan pria yang akrab disapa Randyprmn di Instagram tersebut merasa tidak kecewa.
Ketika ia mencoba menjual produk apapun kepada pelanggannya maka produknya terbeli karena telah terbangun kepercayaan atau Trust Building.
"Dari situ mereka merasa saya amanah, saya bertanggung jawab dan ketika saya mencoba menjual apapun di saat pandemi," ujarnya.
Randy mengaku mereka sangat mendukung upayanya.
"Dengan trust building itu, karena percaya karena kita baik sama orang maka hasilnya orang itu akan baik dengan kita," ucapnya.
Setelah menutup agen travelnya, Randy mencoba mencari kesempatan usaha untuk bertahan hidup dan dia melihat peluang di awal pandemi Covid-19 dengan menyediakan jasa penyemprotan disinfektan.
Namun itu tidak bertahan lama karena banyak kampung maupun perumahan melakukan semprotan disinfektan mandiri.
Dia kemudian beralih ke usaha kuliner khas NTT dengan membuka Sei Sapiku bersama teman lamanya.
Kini dia memiliki puluhan gerai makanan di beberapa kota di Indonesia, dua diantaranya difungsikan sebagai dapur pusat yakni di Jakarta dan Surabaya.
Tak puas dengan hasil tersebut, pemuda berusia 29 tahun tersebut melihat peluang bisnis lain yakni membuka gerai seluler Ibros untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran daring yang ditetapkan pemerintah sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19.
Karena ketika membuka lini bisnis baru maka dapat menyerap tenaga kerja baru.
"Kita melihat apa sih yang lagi ramai dijual, apa sih market yang lagi tinggi, apa sih yang memang orang-orang banya diperlukan di era pandemi ini. Ya itu kita jualan seperti itu," tegasnya.
Randy juga berpesan kepada masyarakat agar tak selalu mengeluh melainkan melihat peluang dari segala kondisi dan situasi.
Namun ketika membuka usaha maka harus bisa dipercaya dan amanah serta menerapkan prinsip ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).
"Jadi amati peluang yang ada saat ini kita coba untuk meniru, setelah meniru ini minimal sudah standar sudah sama baru kita modifikasi untuk lebih baik," pesannya.