Tak Terpengaruh PKPU Sementara, GRP Siap Jadi Produsen Baja Kelas Dunia
memasuki pekan keempat sejak putusan hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, GRP tetap yakin bisa menjadi industri baja bertaraf internasional.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Status Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Sementara PT Gunung Raja Paksi Tbk, ternyata tidak berpengaruh terhadap proses bisnis industri baja swasta nasional tersebut.
Bahkan memasuki pekan keempat sejak putusan hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, GRP tetap yakin bisa menjadi industri baja bertaraf internasional.
“GRP konsisten dengan transformasi yang dilakukan. Karena hanya dengan transformasi, kami yakin bisa menjadi produsen baja kelas dunia,” jelas Presiden Komisaris PT GRP Tony Taniwan di Jakarta hari ini.
Baca juga: Kemendikbud: Penguatan Karakter Selama Pembelajaran Daring Tidak Maksimal
Menurut Tony, GRP memang terus fokus dalam bertransformasi.
Dalam hal ini, dari perusahaan keluarga menjadi perusahaan yang dikelola secara profesional. Bahkan pada peringatan hari jadi ke-50, bulan Oktober 2020, GRP meluncurkan logo baru sebagai wujud transformasi.
Baca juga: Neraca Pembayaran Indonesia Surplus 2,6 Miliar Dolar AS di 2020
Logo baru tersebut, kata Tony, menggambarkan tekad perusahaan untuk terus meningkatkan kualitas produksi dan selalu berinovasi. Semangat itu terus dipegang hingga saat ini.
"Termasuk keinginan mewakili nama Indonesia di pasar dunia dan terus berkontribusi dalam membangun negeri, sebagaimana dicerminkan warna merah dan putih pada logo," kata Tony.
Tony menyebut, salah satu manfaat transformasi adalah pengelolaan perusahaan secara lebih transparan yakni lebih mudah dalam pengawasan dan koordinasi. Salah satu contoh, adalah penggunaan dashboard untuk memantau kinerja perusahaan pada setiap bagian, termasuk operasional, produksi, penjualan, maupun keuangan.
“Jadi semua data terkait indikator-indikator kinerja perusahaan tersedia secara real-time, sehingga manajeman selalu mendapatkan informasi terbaru jika perlu mengambil keputusan di rapat kerja mingguan,” paparnya.
Komisaris GRP Kimin Tanoto juga meyakini, transformasi merupakan salah satu cara untuk menciptakan kembali gairah bisnis dan untuk membangun kebaikan yang lebih besar bagi industri baja di Indonesia.
“Dan untuk mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar, perusahaan melakukan banyak perubahan agar menjadi produsen baja kelas dunia,” ujar Kimin.
“Tidak hanya logo, namun juga transisi dari manajemen keluarga menjadi manajemen yang lebih profesional serta penguatan prinsip good governance,” imbuh Kimin.
Begitu pun Kimin mengakui, transformasi bisnis tak selalu didukung penuh oleh para pemangku kepentingan perusahaan. Dan untuk mengatasi perbedaan tersebut, Kimin menyebut bahawa pihaknya memilih berdiskusi secara konstruktif.
Terkait transformasi pula, lanjut Kimin, GRP bekerja sama dengan dua perusahaan internasional, yaitu IBM Indonesia dan SAP Indonesia. Kerja sama tersebut merupakan wujud transformasi digital, agar interaksi berjalan lebih efektif, efisien, dan transparan dalam proses rantai pasok dan pelanggan.
Dengan IBM Services, imbuhnya, GRP menerapkan solusi IBM IMPACT Solutions for Mill Product & Mining menggunakan SAP S/4Hana Business Process Hierarchy, serta memuat proses bisnis khusus untuk industri pengolahan baja dan pertambangan. Selain itu, IBM juga memakai pendekatan secara tangkas (agile) dengan IBM Ascend Methodology.
Sementara Edward Hasan, Komisaris GRP juga memastikan bahwa proses adopsi teknologi memang mutlak diperlukan. Proses yang membutuhkan waktu 10 sampai 11 bulan sejak September 2020 tersebut, bertujuan untuk mendukung perkembangan GRP sekaligus industri baja di Indonesia.