Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

PPnBM Jadi Nol Persen, Ekonom: Ngapain Beli Mobil Kalau Jarang Pergi saat Pandemi?

"Kita mesti lihat penjualan mobil turun itu karena orang tidak mau belanja, lagian ngapain beli mobil? Jarang pergi keluar," ujar ekonom Adrian.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in PPnBM Jadi Nol Persen, Ekonom: Ngapain Beli Mobil Kalau Jarang Pergi saat Pandemi?
TRIBUNNEWS/CHOIRUL ARIFIN
Showroom mobil Hyundai di kawasan Simprug, Jakarta Selatan, Jumat (24/1/2020). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean memberikan pandangan realistis terkait Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) 0 persen untuk kendaraan bermotor yang bakal diterapkan oleh pemerintah.

Menurut Adrian, konsumen tidak berminat untuk beli mobil baru karena situasi pandemi Covid-19 tidak memungkinkan pemilik kendaraan bepergian leluasa.

"Relaksasi PPnBM itu kan untuk kelas menengah bawah. Kita mesti lihat penjualan mobil turun itu karena orang tidak mau belanja, lagian ngapain beli mobil? Jarang pergi keluar," ujarnya dalam acara ‘Diskusi Bersama Chief Economist CIMB Niaga’ yang digelar secara virtual di Jakarta, Kamis (25/2/2021).

Selain itu, kalaupun untuk ganti mobil baru diyakininya juga sulit terwujud karena konsumen masih cemas dengan pandemi, sehingga mengutamakan uang tunai atau cash.

Baca juga: Aturan Relaksasi PPnBM Segera Terbit, Dampaknya Akan Terasa di Pasar Mobil Bekas

"Ngapain juga ganti mobil? Lebih baik menabung di bank selama pandemi ini berkepanjangan, misal saya butuh cash, jual mobilnya susah," kata Adrian.

Baca juga: Sri Mulyani: Finalisasi Aturan PPnBM Kendaraan Bermotor Segera Keluar

Kebutuhan adanya likuiditas itu dinilainya membuat daya beli masyarakat yang sebenarnya ada, tapi kemauan belinya hilang.

"Seandainya ada insentif, apa mau beli mobil? Misal, saya baru beli mobil 3 sampai 4 tahun lalu, mending nanti saja belinya, kelas menengah bawah belum akan belanja, ini rasional," tandasnya.

Berita Rekomendasi

DP 0 persen properti

Setali tiga uang, Adrian Panggabean mengatakan, relaksasi loan to value (LTV) di sektor properti hingga 100 persen menyasar kelas menengah bawah.

Menurutnya, walaupun kebijakan LTV ini membuat uang muka (down payment/DP) properti bisa nol persen, tidak begitu saja membuat konsumen berminat membeli saat pandemi Covid-19.

"Kalau saya kelas menengah, apa saya mau beli rumah atau apartemen? Saya tidak mau, sangat jelas. Misal punya uang Rp 250 juta, apakah mereka mau alokasikan Rp 200 juta untuk beli rumah dengan tidak pakai DP? Kalau tanya ke saya, saya tidak mau beli," tuturnya.

Adrian menjelaskan, konsumen menengah bawah juga rata-rata sudah memiliki tempat hunian, sehingga lebih memilih taruh uangnya di bank.

"Umumnya kelas menengah sudah punya rumah atau sama orang tua. Saya rasa mereka belum tentu mau beli rumah, taruh saja dulu, di tabungan atau di obligasi dapat 6 sampai 7 persen," katanya.

Sementara, jika memutuskan untuk membeli rumah dengan uang muka nol persen, maka itu menjadi kewajiban utang yang memberatkan di tengah pandemi.

"Kalau beli dengan DP nol kan itu utang. Kalau misal mereka berpikir kena pecat, sulit membayar cicilan, bisa tidak jadi mau beli rumah juga," tegas Adrian.

Relaksasi

Seperti diketahui, pemerintah telah menelurkan sejumlah kebijakan ekonomi untuk mencapai perekonomian negara yang lebih baik.

Kebijakan yang akan mulai berlaku 1 Maret 2021 itu adalah memberikan potongan PPnBM 100 persen untuk kendaraan bermotor, serta DP 0 persen kendaraan bermotor dan properti. (Tribunnews/Yanuar Riezqi Yovanda/tis)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas