Rupanya Ini Alasan Garuda Putus Kontrak Sewa Pesawat Bombardier CRJ 1000 NextGen
Desain Bombardier CRJ 1000 NextGen memang cantik, tetapi bagasi yang disediakan kecil dan hanya cocok untuk rute jarak pendek saja.
Penulis: Hari Darmawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Garuda Indonesia memutuskan mengakhiri kontrak sewa pakai lebih awal terhadap 18 pesawat Bombardier CRJ 1000 NextGen, kepada dua perusahaan leasing asal Denmark dan Kanada.
Garuda Indonesia juga telah menghentikan operasional pesawat Bombardier CRJ 1000 ini sejak 1 Februari 2021.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, keputusan mengakhiri kontrak pesawat Bombardier CRJ 1000 NextGen semata demi menghindari kerugian lebih dalam bagi Garuda.
Menurutnya, bodi pesawat Bombardier CRJ 1000 NextGen yang ramping didesain untuk penumpang yang tidak membawa banyak barang saat melakukan penerbangan.
Baca juga: Bikin Rugi, Garuda Kembalikan Pesawat Bombardier CRJ1000, Ini Spesifikasinya
Di Indonesia, penerbangan dengan barang bawaan sedikit hanya terjadi untuk perjalanan beberapa rute pendek seperti Jakarta ke Bandung.
"Tipe pesawat ini, tidak cocok dengan karakter traveler Indonesia yang biasanya membawa banyak barang dan saat melakukan perjalanan kemungkinan besar menginap," kata Irfan dalam diskusi virtual, Kamis (4/3/2021).
Baca juga: Menteri Erick Pastikan Garuda Akhiri Kontrak Pembelian Pesawat Bombardier CRJ-1000
Menurut dia, desain pesawat ini memang cantik, tetapi bagasi yang disediakan kecil dan hanya cocok untuk rute jarak pendek saja.
"Jadi, pesawat ini dapat merugikan operasional Garuda Indonesia dan tidak cocokk dengan traveller Indonesia yang memiliki kebiasaan saat melakukan perjalanan membawa barang bawaan yang banyak untuk menginap," kata Irfan.
Irfan juga menjelaskan, karakter traveler Indonesia apabila melakukan perjalanan jarak jauh kemungkinan saat perjalanan pulang membawa oleh-oleh jadi membutuhkan bagasi yang cukup besar.
"Sebelum mengakhiri kontrak lebih awal, kami telah berdiskusi beberapa bulan dan tidak menemukan solusi terkait hal tersebut," kata Irfan.
Pihaknya tidak menemukan solusi terkait kerugian dari operasional Bombardier CRJ 1000 ini." Kita tidak menemukan solusi saat diskusi dengan lessor, dan akhirnya menghentikan kontrak lebih awal," lanjut Irfan.
Ia juga mengungkapkan, Garuda Indonesia rata-rata merugi lebih dari 30 juta dolar Amerika Serikat (AS) per tahun karena mengguakan pesawat CRJ 1000.