Kementerian ESDM: Batubara Masih Jadi Sumber Energi Prioritas Sampai 2040
Konsumsi LPG nasional pada 2019 sebanyak 7,64 juta ton, di mana 75 persen atau 5,75 juta ton dipenuhi dari impor senilai Rp 52,4 triliun.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah sedang menyusun Grand Strategi Energi Nasional 2020-2040, di mana batubara masih akan menjadi andalan energi nasional.
"Batubara masih ditetapkan sebagai sumber energi prioritas, namun disebutkan juga prioritas penting lain untuk kebutuhan dalam negeri, serta penilaian nilai tambah," kata Dirjen Minerba Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin saat webinar, Jumat (19/3/2021).
"Ini sudah dicantumkan di dalam dokumen Grand Strategi Energi Nasional dan sudah difinalisasi, tapi sudah sangat matang," sambungnya.
Menurutnya, pemerintah tetap mendorong porsi pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional, yang akhirnya penggunaan batubara di dalam negeri mengalami penurunan.
Baca juga: KPK Rekomendasikan Jokowi Soal Kelola Limbah Batubara Kategori Bahaya
"Industri pertambangan batubara masih terus berharap terhadap peningkatan produksi batubaranya, namun dengan peningkatan pemanfaatan EBT dan ini akan menurunkan energi batubara," paparnya.
Baca juga: ESDM Target Permen Hilirisasi Batubara Rampung Paling Lambat Pertengahan Semester II 2021
Selain itu, Ridwan menyebut pemerintah menggenjot hilirisasi atau peningkatan nilai tambah batubara, salah satunya menjadi dymethil ether (DME) yang dapat digunakan sebagai subsitusi LPG.
"Kami ingin melihat agar batubara ini dapat mensubsitusi beberapa kebutuhan sumber energi yang lain," ucap Ridwan.
Ia mencontohkan, konsumsi LPG nasional pada 2019 sebanyak 7,64 juta ton, di mana 75 persen atau 5,75 juta ton dipenuhi dari impor senilai Rp 52,4 triliun.
"Jadi angka sebesar inilah yang sedang kami siapkan untuk subsitusi dengan program hilirisasi atau peningkatan nilai tambah dari batubara ke DME," papat Ridwan.
"Kami harapkan impor LPG makin lama makin menurun, dan semaksimal mungkin subsitusinya dengan pemanfaatan DME yang kita olah dari batubara, khususnya batubara kalori rendah," sambungnya.