Cari Partner Bangun Industri Baterai Kendaraan Listrik, 3 Menteri Jokowi ke Amerika dan Jepang
Erick Thohir, bakal melakukan perjalanan ke AS untuk mencari peluang kerjasama terkait pengembangan Industri Baterai Kendaraan Listrik
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Bambang Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, bakal melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk mencari peluang kerjasama terkait pengembangan Industri Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle Battery).
Tak sendirian, Menteri Erick bakal mengunjungi Amerika bersama Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, serta Menteri Perdagangan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
Baca juga: Bagaimana Jika Kendaraan yang Terkena Tilang Elektronik Sudah Dijual? Lakukan Hal Ini
Direncanakan, kunjungan ke Negeri Paman Sam ini akan berlangsung pada pertengahan April 2021.
Sebagai informasi, Kementerian BUMN membentuk Indonesia Battery Corporation (IBC) sebagai holding untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Baca juga: Kabar Baik, PLN Perpanjang Stimulus Listrik Hingga Juni 2021, Berikut Besaran Diskonnya
Holding tersebut berisikan empat perusahaan BUMN sektor pertambangan dan energi. Yakni Holding Industri Pertambangan - MIND ID, PT ANTAM Tbk, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero),
Proyek Indonesia Battery Corporation melibatkan dua perusahaan luar negeri, yakni Contemporary Amperex Technology (CATL) dan LG Chem Ltd.
"Kita tidak hanya membuka kerjasama dengan CATL atau LG. Tapi kita juga membuka dengan partner lainnya," jelas Menteri Erick dalam konferensi pers secara virtual, (26/3/2021).
"Karena itu dipertengahan April ini Pak Menko Luhut dan saya bersama Bapak Menteri Perdagangan, kita akan ke Amerika. Salah satunya melihat potensi kerjasama dengan pihak di Amerika," lanjutnya.
Tak hanya Amerika, Menteri Erick bersama rombongannya juga akan melakukan perjalanan ke Jepang, untuk melihat potensi kerjasama yang sama.
Usaha pemerintah dalam mencari partner kerjasama dengan pemain global, bertujuan agar industri EV Baterry ini dapat terkonsolidasi dari hulu hingga hilir.
Ditambah lagi, modal untuk membangun pabrik ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Nilai investasi industri baterai yang terintegrasi dari hulu hingga ke hilir ini diperkirakan mencapai USD 17 milyar atau sekitar Rp 244,87 triliun (kurs dollar = Rp 14.404).
"Jadi jangan pikir IBC ini berdiri kita mau monopoli dengan 1 atau 2 pihak. Tapi kita akan berpartner dengan banyak pihak," jelas Menteri Erick.
"Ini harus terkonsolidasi, karena kalau tidak terkonsolidasi yang kita takuti hilirisasi tidak berjalan dengan baik dan hanya mengalihkan kekayaan alam kita untuk dipakai bangsa lain," pungkasnya.