Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Empat Kelemahan Produk Ekspor RI Yang Sering Dikomplain Oleh Importir Korsel

Ketika terjadi pengiriman berikutnya misalnya untuk ketiga kalinya, maka produk yang datang sudah tidak sebaik pengiriman pertama.

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Empat Kelemahan Produk Ekspor RI Yang Sering Dikomplain Oleh Importir Korsel
Tribunnews/Tangkapan Layar
Tangkapan layar diskusi secara daring Dialog Gerakan Ekspor Nasional (Diginas) dengan tema Target Ekspor Negara Sahabat yang digelar Tribun Network, Selasa (6/4/2021). Dialog menghadirkan sejumlah pembicara yakni Menteri Perdagangan RI, Muhammad Lutfi, Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya, Duta Besar RI untuk Cina, Djauhari Oratmangun, Duta Besar RI untuk Malaysia, Hermono, Duta Besar RI untuk Jepang, Heri Akhmadi, Duta Besar RI untuk Korea Selatan, Umar Hadi, dan Ekonom INDEF, Dradjad Hari Wibowo dengan Host News Director Tribun Network, Febby Mahendra Putra serta Co-Host News Vice Director Tribun Network, Domuara Ambarita. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi mengaku kerap mendapat keluhan dari importir negeri ginseng terkait produk asal Indonesia.

"Mereka komplain paling banyak bukan soal kuantitas, tapi konsistensi dari kualitas," ujar Umar saat acara ‘Dialog Gerakan Ekspor Nasional: Target Ekspor Negara Sahabat’ yang digelar Tribun Network secara virtual, Selasa (6/4/2021).

Umar merinci, ada empat keluhan importir Korea Selatan yang sering diterimanya selama ini.

Baca juga: Dubes Ungkap Masalah Ekspor Indonesia ke Malaysia: Produknya Itu-itu Saja

Pertama, produk Indonesia yang diekspor ke Korea Selatan pada pertama kali, memiliki kualitas yang sesuai disepakati kedua belah pihak.

Namun, ketika terjadi pengiriman berikutnya misalnya untuk ketiga kalinya, maka produk yang datang sudah tidak sebaik pengiriman pertama.

"Kedua, komplain yang sering saya terima yaitu ketepatan waktu pengiriman barang. Ini cukup sering dan keterlambatannya kadang-kadang bisa dua sampai tiga bulan," kata Umar.

Ketiga, Umar menyebut, soal kemasan produk Indonesia yang dinilai tidak tahan lama, atau kemasannya tidak dapat melindungi dari produk yang diekspor.

Baca juga: Indonesia Belum Maksimal Garap Pasar Jepang untuk Ekspor Produk Pangan

Berita Rekomendasi

"Jadi bukan hanya fisik keindahan saja, atau kebagusan dari kemasan itu. Tapi dari sisi yang tahan lama," ucapnya.

Keluhan keempat, yaitu khusus untuk produk makanan dan minuman olahan.

Menurut dia, banyak produk asal Indonesia tidak dapat memenuhi sanitary and phytosanitary (SPS) atau angka standar kesehatan yang ditetapkan Korea Selatan.

"Saya pernah tugas di Amerika, ternyata standar SPS Korea itu lebih tinggi dari standar di Amerika Serikat," kata Umar.

Baca juga: LPEI Dukung Eksportir Briket Arang Kelapa Asal Kendal

Meningkat

Meski banyak keluhan terkait produk Indonesia tersebut, Dubes Umar Hadi optimistis perdagangan Indonesia dan Korea Selatan secara umum akan meningkat pascapandemi Covid-19. Sebab, Korea Selatan sangat tergantung dari perdagangan internasional, sehingga kena imbas pandemi cukup dalam.

"Tapi, ke depan saya optimistis akan terjadi peningkatan cukup baik karena beberapa alasan," tuturnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas