Ekonom: 'PR' Bahlil Masih Sama, Tarik Investasi Bernilai Tinggi
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah atau PR yang harus segera diselesaikan
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Investasi Bahlil Lahadalia masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah atau PR yang harus segera diselesaikan, untuk meningkatkan investasi di Indonesia.
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, Teuku Riefky mengatakan, untuk permasalahan investasi sebetulnya masih sama dari sebelumnya yaitu menarik masuknya investasi yang memiliki nilai tambah lebih tinggi dari yang sudah ada saat ini.
"Permasalahan ini jugalah yang akan dihadapi oleh Menteri Investasi. Kuncinya, untuk mendorong masuknya investasi yang lebih memiliki nilai tambah adalah memperbaiki iklim investasi," kata Riefky saat dihubungi, Kamis (29/4/2021).
Baca juga: Beri Selamat ke Bahlil, Erick Thohir: Karena Sudah Jadi Menteri, Mudah-Mudahan Investasi Naik Besar
Menurutnya, selama ini Indonesia memiliki indeks kemudahan berbisnis atau ease of doing business masih relatif rendah, karena dipengaruhi berbagai macam faktor.
"Seperti kerumitan perizinan, kurang jelasnya peraturan dan saling tumpang tindih, sulitnya mendapat kepastian hukum, ongkos tenaga kerja yang mahal dan relatif berkemampuan rendah," katanya.
"Ini semua harus diselesaikan kalau mau menarik investasi, tidak hanya di jangka pendek maupun jangka panjang," sambungnya.
Baca juga: Janji Ngegas Usai Dilantik, Menteri Bahlil Siap Gaet Investasi Rp 900 Triliun
Selain dari memperbaiki iklim investasi, kata Riefky, Menteri Investasi juga harus mampu meyakinkan investor bahwa momentum pemulihan ekonomi, Indonesia sedang dalam jalur yang tepat dan konsisten.
"Walaupun PR-nya hanya kebanyakan berkutat diiklim investasi, ini bukanlah PR mudah mengingat Indonesia sedang dalam titik penentu, apakah bisa lolos dari jerat middle-income trap pada 20 sampai 30 tahun mendatang dan tidak terlewat kesempatan bonus demografi," katanya.
"Salah satu kunci utamanya untuk lolos dari ini adalah investasi yang mendorong produksi barang yang lebih bernilai tambah," ujar Riefky.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.