Di Tengah Pandemi Covid-19. Kampanye Anti Tembakau Dianggap Merugikan Perekonomian Nasional
Sebanyak 6 juta tenaga kerja dari hulu hingga hilir diserap di sektor IHT. Sementara sumbangsih di bidang keuangan juga sangat tinggi.
Editor: Hasanudin Aco
"Gerakan dan kampanye itu adalah gerakan dan kampanye melawan rakyat Indonesia. Gerakan yang ingin menghancurkan perekonomian nasional. Itu Harus dilawan,” tegas Purnomo.
“Apakah para LSM anti rokok bisa memberikan solusi atas masalah tersebut?” tanya Purnomo.
Dijelaskan bahwa penyakit yang ada di masyarakat banyak disebabkan faktor lain. Bahkan pembunuh nomor satu masyarakat adalah gula yang menyebabkan penyakit kencing manis atau diabetes.
"Mengapa mereka tidak melakukan gerakan menghentikan atau melarang mengkonsumsi gula? Mengapa hanya rokok yang dikampanyekan untuk dihentikan?” tanya Purnomo.
Ditambahkan Purnomo, di masa pendemic Covid-19 yang berimbas pada terjadinya krisis ekonomi, dimana ribuan tenaga kerja kehilangan pekerja.
"Perekonomian masyarakat baik di kota maupun di desa terganggu bahkan hampir ambruk," ujarnya.
Menurut dia, industri rokok justru tetap bertahan dengan terus merekrut tenaga kerja. Menyumbang pendapatan bagi negara. Menggerakan perekonomian dari berbagai sektor dari hulu hingga hilir.
“Industri hasil tembakau nasional harusnya dilindungi dan dilestarikan karena terlihat jelas jasanya bagi pemulihan ekonomi nasional di masa pendemic Covid 19 ini,” papar Purnomo
Sependapat dengan Azami, Purnomo juga meminta pemerintah lebih bijaksana dalam menyikapi gerakan gerakan yang memusuhi industri hasil tembakau tanah air.
Pemerintah harus lebih memperhatkan kepentingan nasional baik dari sisi ketenaga kerjaan, pertanian dan industri.
Pemerintah harus memperhatikan kesejahteran jutaan buruh dan petani tembakau dari pada memperhatikan kampanye anti rokok yang mematikan perekonomian nasiona