Hotel di Jabar Terpuruk, Ada Karyawan Enam Bulan Kerja Tanpa Digaji
Sudah setahun hotel di Jawa Barat terpuruk akibat pandemi. Ketua Kadin Jabar, Herman Muchtar, mencoba bertahan menyiasati agar bisa survive.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Bisnis perhotelan menjadi salah sektor usaha yang belum menunjukan tanda-tanda pemulihan setelah terdampak pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari setahun.
Pandemi membuat masyarakat takut untuk berlibur ke kota lain. Dampaknya, jumlah wisatawan yang menginap di hotel terus merosot, dan bertambah parah seiring pembatasan perjalanan dan persyaratan ketat untuk datang ke kota lain.
Bagaimana bisnis perhotelan bisa terus bertahan di tengah situasi ini? Berikut wawancara eksklusif jurnalis Tribun Jabar, Putri Puspita, dengan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar, di Hotel Cihampelas 2, Jalan Cihampelas, pada Selasa (26/52021).
Bagaimana kondisi industri perhotelan hari-hari ini setelah pandemi Covid-19 berlangsung lebih setahun?
Kita berharap pandemi ini enggak terus berlarut. Berharap akan selesai Juli lalu, ternyata enggak.
Sekarang kondisi belum berubah, malah saat adanya pembatasan gerakan masyarakat dari satu kota ke kota lain membuat okupansi hotel di bawah 1 digit. Sekarang belum ada kepastian bagaimana kondisi setelah Lebaran.
Berapa angka sebenarnya jumlah hotel di Jabar yang tutup atau bangkrut akibat pandemi ini?
Kita mendata pada Juni 2020 ada 560 hotel tutup, 280 restoran tutup, dan 18 ribu karyawan dirumahkan. Sekarang ada hotel yang buka dan ada yang tidak, ada juga yang tidak buka sama sekali.
Kalau lihat dampak Covid rata-rata di dunia mencapai 70 persen yang kena dampaknya, sementara itu hampir 60 persen sulit untuk bangkit di kondisi sekarang.
Apakah hotel sudah tidak sanggup lagi menanggung operasional?
Kita berharap dengan adanya Lebaran, hotel bisa menutupi gaji karyawan dan THR yang diberikan. Karyawan yang masih bekerja ada, dan ada yang gajinya masih 60 persen, ada juga yang kerja dua hari dan libur dua hari, dan ada juga yang dirumahkan.
Bahkan ada anggota saya yang sudah enam bulan karyawannya enggak digaji tapi tetap bekerja. Itu artinya ada kerjasama antara pekerja dan pengusaha.
Tapi masih banyak hotel yang bertahan. Mengapa mereka bisa bertahan?
Mereka tetap bertahan bagi hotel yang masih punya dana cadangan, ada aset yang bisa dijual. Melakukan efisiensi yang sangat ketat dengan pengurangan karyawan, mengurangi jam kerja, pengurangan upah dengan kesepakatan dengan karyawan, diskon harga yang sangat murah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.