Susun Asumsi Sektor Migas 2022, Kemenkeu Sebut Ekonomi Tahun Depan Penuh Ketidakpastian
Kemenkeu menyebut tahun depan masih terdapat unsur ketidakpastian ekonomi masih tinggi, seiring belum terkendalinya pandemi Covid-19.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut tahun depan masih terdapat unsur ketidakpastian ekonomi masih tinggi, seiring belum terkendalinya pandemi Covid-19.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatarwata saat rapat kerja dengan Komisi VII terkait asumsi dasar ekonomi makro sektor migas di Komplek Parlemen, Kamis (10/6/2021).
"Di dalam membuat RAPBN 2022 ada unsur ketidakpastian yang jauh lebih tinggi, dan tetap tinggi karena kita masih berhadapan dengan Covid," kata Isa.
"Kita belum bisa mengatakan sudah bisa mengendalikan Covid, karena itu unsur-unsur ketidakpastian, banyak perubahan kebijakan dilakukan negara-negara yang pasti berpengaruh ke indonesia, kita antisipasi itu," sambungnya.
Baca juga: Menkop Teten Masduki Dorong Produk Kreatif Bali Bangkitkan Perekonomian
Menurutnya, Kemenkeu dalam membuat asumsi dasar ekonomi sektor migas, pastinya berdiskusi dengan Kementerian ESDM, SKK Migas, dan pihak-pihak yang paham sektor migas.
"Bagaimana harga minyak, produksi migas lebih besar atau lebih kecil di tahun akan datang. Semua ini sifatnya prediktif, jadi ini satu perkiraan yang harus terus didiskusikan dan dipertajam kembali," paparnya.
Diketahui, pemerintah mengusulkan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dalam RAPBN 2022 sebesar 55-65 dolar AS per barel.
Lifting minyak sebesar 686 ribu barel sampai 726 ribu barel per hari, dan lifting gas sebesar 1.031 sampai 1.103 ribu barel setera minyak per hari.