TRIBUNNEWS.COM - Tidak semua masyarakat di daerah memiliki akses yang mudah ke bank. Di kota-kota besar, kantor bank masih kerap dijumpai dengan mudah, tetapi di kota kecil maupun desa, kantor perbankan yang aksesibel dari tempat tinggal masyarakat hanya bisa dihitung jari.

Melihat kebutuhan tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan program Laku Pandai pada tahun 2014. Laku Pandai adalah kependekan dari Layanan Keuangan Tanpa Kantor Untuk Keuangan Inklusif. Sesuai namanya, Laku Pandai ingin menyediakan akses layanan keuangan yang inklusif ke seluruh penjuru daerah Indonesia.

OJK bekerja sama dengan beberapa bank di Indonesia. Bank akan menyalurkan layanan keuangan melalui agen Laku Pandai. Dengan kata lain, agen-agen Laku Pandai yang tersebar di setiap daerah menjadi perpanjangan tangan dari pihak bank.

Alhasil, masyarakat tak perlu lagi pergi ke bank untuk menunaikan kebutuhannya. Mereka hanya perlu datang ke agen tersebut dan agen akan melayani masyarakat terkait kebutuhan transaksi perbankan.

Laku Pandai tak hanya bermanfaat sebagai sarana untuk membantu masyarakat mendapat layanan keuangan. Di sisi lain, Laku Pandai juga bisa menjadi peluang bisnis bagi masyarakat yang ingin menjadi agen. Dengan menjadi agen, masyarakat akan mendapatkan keuntungan dari iuran para nasabah.

Bahkan dengan usaha yang gigih serta kesabaran, keuntungan yang didapatkan dari setiap transaksi perbankan dapat mengantarkan para agen kepada peluang usaha dan sumber penghasilan baru.

Hal itulah yang telah dialami oleh Adi Kristiana (42), pemilik toko kelontong di Karanganyar, yang telah menjadi mitra program Laku Pandai Bank BRI, yakni BRILink. Ia memutuskan untuk menjadi AgenBRILink  pada 2016.

Dikutip dari TribunSolo.com, Jumat (11/6/2021), sebelum bergabung menjadi AgenBRILink, sumber penghasilan Adi hanya berasal dari hasil penjualan warung toko kelontongnya yang terletak di Kawasan Tugu Boto, Klodran, Colomadu, Karanganyar.

Saat membuka layanan AgenBRILink di kios toko kelontongnya 5 tahun silam, Adi awalnya hanya berniat menjadikannya sebagai selingan toko kelontong. Tak disangka, program tersebut membawa berbagai keuntungan dan berkah, bahkan memberinya peluang untuk memulai usaha baru.

“Eh, sekarang malah lebih pokok dibanding toko kelontongnya. Alhamdulillah menguntungkan, ya lebih dari lumayan,” kata Adi.

Mulai promosi dengan banner

Awalnya, layanan AgenBRILink miliknya memang belum terlihat berkembang signifikan. Adi yang sebelumnya bekerja sebagai satpam mengaku saat baru memulai, ia dalam sebulan hanya mendapatkan rata-rata 100 transaksi, yang terbatas pada listrik dan token-token.

“Dulu kalau transfer-transfer gitu masih sedikit, paling ya itu pada beli token-token listrik,” ujar Adi.

Kemudian, Adi meralisasikan ide untuk melakukan promosi dengan banner atau neon box di depan toko kelontongnya. Ide tersebut membuat keberadaan AgenBRILink di toko kelontong Adi mulai diketahui oleh para pengunjung, hingga makin ramai pelanggan yang mempergunakan layanan AgenBRILink milik Adi.

“Dulu memang jarang yang tahu kalau kita ada layanan banknya, atau seperti transfer, orang-orang tahunya hanya warung saja,” ujarnya.

Seminggu setelah memasang banner, pengunjung toko kelontong milik Adi semakin banyak yang melakukan transaksi melalui AgenBRILink.

Pendapat melonjak di masa pandemi

Adi menyebutkan bahwa di masa pandemi, keuntungan dari menjadi AgenBRILink juga dirasakan lebih meningkat. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa masyarakat lebih memilih untuk melakukan transaksi serta pembayaran daring di situasi sekarang. 

“Apalagi pas zaman-zaman lockdown kemarin. Dari bayar arisan, SPP, ya pokoknya segala macam, dan Alhamdulillah meningkat,” ungkap Adi.

Dalam perkembangannya, AgenBRILink milik Adi telah berkembang menjadi agen yang paling unggul dibanding agen-agen lain di wilayah Solo. Warga Colomadu dan sekitarnya banyak yang lebih memilih untuk melakukan transaksi di AgenBRILink dibanding langsung datang ke bank atau ATM.

“Alhamdulillah 2020 sampai sekarang untuk agen cabang BRI Slamet Riyadi, rankingnya pertama terus,” tutur Adi.

“Kalau ke bank kan antre panjang, kalau di agen ya dekat, enggak antre. Bakul-bakul (penjual) biasanya juga ada beberapa datang ke saya untuk setor,” tambahnya.

Bisa bangun indekos

Dalam hal pendapatan, Adi mengaku bahwa dengan dua sampai tiga ribu transaksi per bulan, ia mendapatkan keuntungan berjumlah hampir Rp 7-8 juta dari pihak BRI setiap bulan, ditambah fee dan bonus yang juga menguntungkan.

Keuntungan yang didapatkan oleh Adi melalui layanan AgenBRILink miliknya tak hanya dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya, tetapi juga membuka peluang untuk memulai usaha baru, yaitu membangun indekos.

Beberapa tahun setelah menjadi mitra BRI, Adi mulai mengembangkan kos-kosan secara bertahap, yang hingga kini telah mencapai 12 kamar.

“Selain kos-kosan, ya ada juga beberapa budi daya ikan di parit, tapi tidak banyak, tentu itu sebagian dari hasil kerja AgenBRILink, kan ngangsur nya dari itu,” jelasnya.

Meski dengan kesuksesan yang telah didapatkannya, Adi tetap berniat untuk meningkatkan performa AgenBRILink miliknya. Dengan tujuan tersebut, Adi berencana untuk membuat kiosnya menjadi lebih nyaman dengan merenovasi dan merapikan toko kelontong miliknya.

“Semoga ke depan terus berkembang meskipun sekarang ada bermunculan beberapa saingan AgenBRILink yang sama,” ujar Adi.

Anda juga dapat mengejar kesuksesan dengan menjadi AgenBRILink seperti Adi. Daftarkan diri sekarang juga di sini.

Penulis: Anniza Kemala/Editor: Bardjan